Berkarya untuk pendidikan melalui menulis, membaca dan mempublikasikan produk dari Teknologi Pendidikan
Saturday, 13 September 2014
LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
Disusun oleh Kelompok 3:
1. Candra Sihotang (8136121004)
2. Sri Wahyuni (8136121028)
3. Yanti Dameria Sihite (8136121035)
Dosen Pengampu : Dr. Keysar Panjaitan, M.Pd
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap bagian roda kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sepanjang kegiatan kehidupan manusia, aktivitasnya tidak terlepas dari kelompok manusia lainnya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk sosial karena memerlukan kehadiran dan bantuan serta peran serta orang lain. Sosial budaya ini tercermin pada kegiatan sekelompok manusia secara bersama-sama. Hal-hal yang dikerjakan manusia, cara mengerjakannya, bentuk pekerjaan yang diinginkan merupakan unsur sebuah budaya.
Sebagai makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan yaitu melalui panca indera dalam hidupnya, manusia harus menggunakan semaksimal mungkin potensi tersebut sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Walaupun ini nantinya akan berbeda untuk tiap individu yang tergantung pada kemampuan, latar belakang dan lain-lain. Pendidikan akan membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat dalam kepentingan hidupnya.
Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan sadar dan disengaja secara penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan di semua lingkungan yang saling mengisi (rumah tangga, sekolah, masyarakat).
Era globalisasi mempengaruhi perubahan sosial budaya dunia pendidikan yang mengakibatkan pergeseran paradigma pendidikan dengan mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dijabarkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian sosiologi pendidikan?
2. Bagaimanakah hubungan sosiologi dengan pendidikan ?
3. Bagaimanakah hubungan kebudayaan dengan pendidikan ?
4. Apa fungsi sosial budaya terhadap pendidikan ?
5. Apa dampak konsep pendidikan Indonesia terhadap masyarakatnya?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian sosiologi pendidikan.
b. Untuk mengetahui hubungan antara sosiologi dengan pendidikan.
c. Untuk mengetahui hubungan antara kebudayaan dengan pendidikan.
d. Untuk mengetahui fungsi sosial budaya terhadap pendidikan.
e. Untuk mengetahui dampak konsep pendidikan Indonesia terhadap
masyarakatnya.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
Pembahasan makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu dan pengetahuan kepada semua yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya mahasiswa Teknologi Pendidikan.
b. Manfaat praktis
Diharapkan menjadi masukan kepada para pelaku pendidikan dan juga kepada para pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan agar dapat memanfaatkannya dalam pengembangan pendidikan.
BAB II
LANDASAN SOSIAL BUDAYA ILMU PENDIDIKAN
2.1 Sosiologi Pendidikan
2.1.1 Pengertian Sosiologi
Menurut etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat.
Definisi sosiologi menurut para ahli :
1. Menurut Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam kelompok.
2. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.
3. August Comte berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu terutama mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
4. Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip menganai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum yang menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu, karena bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
2.1.2 Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan banyak sekali ragam dan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing. Beberapa ahli mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
1. Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.
2. Crow and Crow berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.
3. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
(intelek) dan jasmani anak.
4. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan
2.1.3 Pengertian Sosiologi Pendidikan
Berikut adalah beberapa pengertian sosiologi pendidikan oleh para ahli, yaitu:
1. Abu Ahmadi berpendapat, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang terdapat dalam masyarakat dan negaranya. Beliau juga menyatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang lain (education sociology should be centered bout the process of inter-learning-learning from one another).
2. Sanapiah Faisal menyatakan sosiologi pendidikan adalah : 1) Analisis terhadap pendidikan selaku alat kemajuan sosial; 2) Sebagai pemberi tujuan bagi pendidikan; 3) Hubungan antara sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat; 4) Hubungan antara manusia dalam persekolahan; 5) Hubungan antara sekolah dengan masyarakat; dan peranan pendidikan di masyarakat.
3. Gunawan mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis
Dari uraian di atas pengertian dari sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan sekolah sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
2.2 Hubungan Sosiologi dengan Pendidikan
Unsur sosial merupakan aspek individual alamiah yang ada sejak manusia itu lahir. Langeveld mengatakan “Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas atau kemampuan untuk bergaul, saling berkomunikasi yang pada hakikatnya terkandung unsur saling memberi dan saling menerima (Umar Tirtarahardja, 2005:18). Aktivitas sosial tercermin pada pergaulan sehari-hari, saat terjadi interaksi sosial antarindividu yang satu dengan yang lain atau individu dengan kelompok, serta antar kelompok. Di dalam interaksi ini ada keterkaitan saling mempengaruhi (Abu Ahmadi, 2003:13). Langeveld dalam Abu Ahmadi menyatakan, tiap-tiap pergaulan orang dewasa (orang tua) dengan anak merupakan lapangan atau suatu tempat dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan keterkaitan unit-unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu wilayah (Made Pidarta, 2000:145). Salah satu bagian sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Dapat pula dikatakan ilmu ini merupakan analisa ilmiah terhadap proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Menurut Made Pidarta, pembentukan karakter berdasarkan interaksi sosial melalui empat bentuk :
1. Imitasi (peniruan)
2. Sugesti (menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Dalam hal ini sugesti bisa terjadi baik melalui himbauan atau paksaan).
3. Identifikasi (berusaha menyamakan dirinya dengan orang lain secara sadar ataupun dibawah sadar).
4. Simpati (terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain atau berdasarkan kesenangan).
5. Empati
6. Introspeksi
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 1) kontak antar individu; 2) kontak antar individu dengan kelompok atau sebaliknya; 3) kontak antar kelompok.
Dalam dunia pendidikan ada istilah kelompok sosial. Kelompok ini dapat berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah dan sebagainya. Suatu kelompok sosial dikatakan dinamis dan stabil, jika kelompok ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok.
Wuradji (1988) menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu : integritas, ketenangan dan konsensus. Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah berperan sebagai micro order atau keteraturan kecil (Broom,1988) atau sekolah kecil sebagai masyarakat kecil.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah. Tugas-tugas tersebut harus sejalan dengan salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Wuradji (1988) yang mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial.
2.3 Kebudayaan dan Pendidikan
2.3.1 Pengertian Kebudayaan
Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan nilai-nilai kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa, kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat.
2.3.2 Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang memasukkan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
2.4 Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan
Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu, dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dalam lembaga yang disebut sekolah. Sekolah sengaja dibentuk oleh masyarakat agar pola dan kegiatan pendidikan semakin intensif
(Umar Tirtarahardja, 2005:95).
Interaksi antar individu, antar kelompok, terjadi karena ada aksi dan reaksi (dalam fisika dinyatakan sebagai Hukum 3 Newton), yaitu hubungan antara gaya dua benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan. Interaksi ini terjadi dalam dunia persekolahan sebagai bagian kecil dari masyarakat pendidikan yang membentuk karakter peserta didik.
Dari interaksi sosial ini akan memunculkan budaya-budaya, seperti : budaya berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya berkarakter, budaya belajar, budaya menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar, serta budaya-budaya yang lain yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Secara normatif benturan-benturan sosiokultural dapat di-enkulturasi dan di-asimilasi dalam Budaya Pancasila sebagaimana butir-butir sila yang ada dan sudah dijalan sejak dulu kala, namun perkembangan kemajuan, perkembangan zaman, perkembangan pergaulan masyarakat lokal, nasional, regional, global menuntut adanya peningkatan hubungan tersebut.
Sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu :
1) Mewujudkan masyarakat yang cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan bangsa, demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bangsa.
2) Transmisi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
3) Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku yang menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungikesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4) Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5) Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
2.5 Dampak Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan yaitu :
a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya.
b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan.
c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil hasil pembahasan yang telah disajikan pada Bab II, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
2. Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
3. Sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
4. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
5. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Made, Pidarta. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Sutikno Sobry, M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Tim Sosiologi. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.
Fauzan, 2009. Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan.
http://defauzan.wordpress.com, di akses 18-02-2014.
Oktaria, Dina. 2010. Landasan Sosial Budaya Pendidikan http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan/, di akses 18-02-2014.
Rahmawati Indah. 2011. Landasan Sosial Budaya Pendidikan http://www.scribd.com/doc/22738648/Lingkungan-Sosial-Budaya, di akses 18-02-2014.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment