Saturday 13 September 2014

LAPORAN OBSERVASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI MIN SUBULUSSALAM

LAPORAN OBSERVASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK
DI MIN SUBULUSSALAM

Sebagai Tugas Individu  Akhir Semester mata kuliah
Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan






Disusun oleh :

Candra Sihotang
Nim : 8136121004


Dosen  Pengampu : Dr. R. Mursid, M.Pd



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya berupa rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan observasi yang berjudul “Penyimpangan Perilaku Anak ” sebagai tugas mata kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2014 di  Madrasah Ibtidaiyah Negeri Subulussalam Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kapada:
1.     Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd  selaku dosen mata kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan yang  telah  membimbing dalam penyusunan  laporan ini.
2.    Bapak Kamaruddin, S.Ag.M,Si. selaku Kepala Sekolah MIN Subulussalam yang telah memberi izin penulis untuk melakukan observasi.
3.    Ibu Mina Agustina W, A.Ma. selaku Wali Kelas III yang telah memberikan informasi dan bimbingan dalam pelaksanaan observasi ini.
4.   Segenap Guru MIN Subulussalam yang telah memberikan informasi dan membantu memperlancar pelaksanaan observasi ini.
5.      Siswa-siswi kelas 3 yang telah bersedia menjadi objek penelitian dan bisa bekerja sama dengan baik.
6.     Kepada rekan-rekan Mahasiswa Teknologi Pendidikan khususnya kelas A1 yang memberikan dukungan baik materil maupun moril dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan observasi ini mengandung kekurangan sekalipun telah diupayakan seoptimal mungkin oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang jauh lebih baik.
Semoga laporan ini memberikan manfaat dan menambah wawasan tentang penelitian bagi siapapun yang membacanya.

Medan, 18 Mei 2014
i
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR    i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    1
B.  Rumusan Masalah    2
C.  Tujuan    2
D.  Manfaat    3
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Penyimpangan Perilaku    4
B.  Gejala-Gejala Penyimpangan Perilaku pada Anak SD    5
C.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penyimpangan Perilaku
    PadaAnak     7
D.     Jenis-Jenis atau Bentuk-Bentuk Penyimpangan Perilaku pada Ana SD     8
BAB III HASIL OBSERVASI
A.    Identifikasi     11
B.  Diagnosis     12
C.  Usaha Mengatasi Penyimpangan Perilaku     13
BAB IV PENUTUP
A.  Kesimpulan     15
B.  Saran     16
DAFTAR PUSTAKA     17
LAMPIRAN     18






ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola-pola perilaku menyimpang. Hal ini sebagai dampak pengadopsian budaya luar secara berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja kita. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar secara arif dan bertanggung jawab (Styawan, 2007).
Tidak dapat dipungkiri pula, kehadiran teknologi yang serba digital dewasa ini banyak menjebak remaja dan anak-anak untuk mengikuti perubahan ini. Hal ini perlu didukung dan disikapi positif mengingat kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi adalah kebutuhan masa kini yang tidak bisa terelakkan. Namun, filterisasi atas merebaknya informasi dan teknologi super canggih melalui berbagai media komunikasi seringkali terlepas dari kontrol.
Pola perilaku budaya luar, sering kali dianggap sebagai simbol kemajuan dan mendapat dukungan berarti di kalangan remaja. Kemajuan informasi dan teknologi telah membawa ke arah perubahan konsep hidup dan perilaku sosial. Pengenalan dan penerimaan informasi dan teknologi tumbuh pesat bahkan menjadi kebutuhan hidup.
1
Dalam hal ini, berdampak kepada perkembangan anak-anak yang meniru kelakuan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga belakangan ini banyak terjadi kasus-kasus yang terjadi di kalangan anak-anak Sekolah Dasar. Bentuk ancaman atau pemalakan lebih sering muncul dalam beberapa bentuk seperti minta makanan, malas belajar sehingga minta temannya untuk membuatkan tugas, sampai saat ujian pun minta untuk diberi contekan. Kasus lain yaitu berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek menangis. Selain itu juga terjadi kebiasaan untuk memanggil temannya dengan nama bapaknya atau bukan nama yang sebenarnya dengan maksud melecehkan. Hal ini akan mendorong sifat premanisme yang akan terbawa hingga dewasa. Beberapa masalah tersebut disebut sebagai penyimpangan perilaku.
Penyimpangan perilaku ini adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43).
Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak pada sebagian anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial. Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah atau menyimpang yang kronis (Darwis, 2006: 44).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpang perilaku pada anak SD?
2. Bagaimana gejala-gejala penyimpangan perilaku anak SD?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku pada anak SD?
4. Apa saja jenis-jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan anak SD?

C. Tujuan
Tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1.    Untuk memberikan informasi mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak SD.
2.  Untuk mmeberikan informasi mengenai gejala-gejala penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak SD.
3.    Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku pada anak SD.
2
4.    Untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan anak SD dalam pembelajaran.
D.  Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:
1.    Memberikan kesempatan kepada penulis (mahasiswa) untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh anak SD.
2.  Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
3.  Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk lebih mengenal calon anak didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan masalah yang mereka hadapi, khususnya anak yang melakukan penyimpangan perilaku.
4.  Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
5.  Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan anak atau siswa.
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena:
1.    Mengetahui akan masalah yang dihadapi seorang siswa yang mungkin kita tidak menyadarinya.
2.  Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan anaknya, dengan memberikan perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka.
3.  Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang dihadapi oleh siswa.

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyimpangan Perilaku Anak
Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Kartono dalam Darwis (2006: 43) mengemukakan bahwa ada dua jenis perilaku manusia, yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah.
Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada masa perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan berperilaku normal. Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior).
Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004: 39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku menyimpang dalam istilah psikologi sering disebut dengan Disruptive Behavior, dan karena perilakunya negatif dan tidak normal maka termasuk dalam gangguan perilaku, disebut juga dengan Disruptive Behavior Disorders. Disruptive behavior ini merupakan pola-pola perilaku yang negatif yang ditampakkan anak dalam kelompoknya maupun untuk merespon segala sesuatu disekelilingnya. Respon yang sering muncul yaitu kemarahan, ketidaksabaran, penolakan dan sebagainya. (Loeber, 1990).
4
Menurut Halgin (1994) ada tiga macam perilaku yang termasuk dalamdisruptive behavior disorder yaitu :
1. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
Gejala utama pada anak yang mengalami ADHD adalah kurangnya atau tidak adanya konsentrasi pada diri anak, ketika anak bermain, belajar atau segala sesuatu yang dilakukan tidak bertahan lama. Perhatiannya mudah teralih, diikuti dengan perilakunya yang banyak, banyak gerak dan tidak bisa diam. Selain itu, anak biasanya juga terlihat sangat aktif dalam berbicara, dan perilakunya sering mengganggu orang lain.
2. Conduct Disorder
Conduct disorder ini merupakan perilaku yang melatar belakangi seorang anak memiliki perilaku kekerasan, kenakalan atau kriminalitas. Perilaku yang ditampilkan dalam conduct disorder merupakan perilaku yang tidak menghargai hak-hak orang lain, melanggar aturan, norma-norma yang berlaku  atau pun hukum. Conduct disorder biasanya muncul sebelum masa pubertas, diperkirakan 9% terjadi pada laki-laki dan 2% pada anak-anak perempuan. Conduct disorder ini meliputi juga perilaku bermusuhan atau menyakiti orang lain.
3. Oppositional Defiant Disorder
Oppositional defiant disorder biasanya terjadi pada anak-anak usia 8-12 tahun, dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pada anak-anak dengan gangguan tersebut memiliki pandangan maupun perilaku negatif dan menyimpang, biasanya disertai dengan komplain-komplain terhadap orang tua, sikap permusuhan dan kemampuan berargumentasi tentang apa pendapat dan apa yang dilakukannya. Reaksi-reaksi yang ditampilkan pada saat masa remaja adalah reaksi negatif terhadap kemandirian. Kemungkinan besar anak-anak atau remaja dengan gangguan tersebut akan mengalami juga gangguan suasana perasaan (mood disorder) atau pun gangguan kepribadian pasif-agresif.

B. Gejala-Gejala Penyimpangan Perilaku pada Anak SD
5
Gejala penyimpangan perilaku anak merupakan tanda-tanda munculnya perilaku menyimpang pada anak. Gejala-gejala penyimpangan perilaku anak merupakan perbuatan atau perilaku anak SD yang dapat menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami penyimpangan perilaku. Secara umum gejala ini berasal dari dalam diri anak dan dari lingkungan sekitar. Gejala penyimpangan perilaku dari dalam diri anak SD muncul akibat ketidakmampuan anak tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut juga akan mengakibatkan anak berperilaku mundur ke perilaku yang sebelumnya ia lalui (Hurlock, 2004: 39).
Sedangkan gejala penyimpangan perilaku pada anak yang berasal dari lingkungan sekitar menurut Hurlock (2004: 288) antara lain pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak, pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah, lingkungan rumah kurang memberikan model perilaku untuk ditiru, kurang motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, dan anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar.
Pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak bermakna bahwa para orang tua dan guru sering menganggap perilaku normal yang mengganggu ketenangan di rumah atau kelancaran sekolah sebagai perilaku bermasalah. Bila mereka beranggapan seperti itu si anak mungkin akan mengembangkan sikap yang tidak menyenangkan terhadap mereka dan terhadap situasi di mana perilaku itu terjadi (Hurlock, 2004: 39). Akibatnya ialah si anak mengembangkan perilaku yang merupakan masalah yang serius, misalnya berbohong, berbuat licik atau merusak sebagai cara membalas dendam.
Pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah merupakan hal yang menjadikan anak akan menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah, meskipun dia diberikan motivasi kuat untuk melakukannya. Hurlock (2004: 288) memberikan contoh bahwa, anak yang diasuh dengan metode otoriter, misalnya, sering mengembangkan sikap benci terhadap semua figur berwenang. Contoh yang lain adalah pola asuh yang serba membolehkan di rumah, anak akan menjadi orang yang tidak mau memperhatikan keinginan orang lain, merasa dia dapat mengatur dirinya sendiri.
6
Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial merupakan hal yang sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan baik di rumah atau di luar rumah (Hurlock, 2004: 288). Sebagai contoh, anak yang selalu digoda atau diganggu oleh saudaranya yang lebih tua, atau yang diperlakukan sebagai orang yang tidak dikehendaki dalam permainan mereka, tidak akan memiliki motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah.
Anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar. Hurlock (2004: 288) menyatakan bahwa meskipun anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik, anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar itu. Sebagai contoh apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan dapat “menguasai” agresivitasnya setelah bertambah dewasa dan mengalami hubungan sosial yang lebih banyak, anak itu tidak akan mengasosiasikan agresivitasnya dengan penolakan teman sebaya yang dialaminya dan, akibatnya dia tidak akan berusaha untuk mengurangi agresivitasnya.

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penyimpangan Perilaku pada Anak
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan perilaku pada anak, antara lain adalah kurangnya pemupukan pendidikan agama dan moral, kehidupan yang semakin lama semakin praktis, mudah, dan serba gampang.
Penyimpangan perilaku anak bisa disebabkan oleh faktor dari diri anak itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor internal:
a.    Krisis identitas
    Dalam hal ini, anak sedang mencari jati dirinya dengan meniru tingkah laku orang dewasa yang ada di sekitarnya.
b.    Kontrol diri yang lemah
    Anak belum bisa membedakan mana tingkah laku yang pantas untuk ditiru dan tidak, sehingga anak akan terseret pada penyimpangan perilaku. Begitupun anak yang bisa membedakan namun tidak bisa mengontrol dirinya untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.    Faktor eksternal:
7
a.  Keluarga
    Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada anak. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, terlalu keras pada anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya penyimpangan perilaku.
b.    Teman sebaya yang kurang baik
c.  Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
d.  Media massa
Banyak media massa yang mempengaruhi perkembangan perilaku anak, seperti internet, televisi, dan lain-lain. Banyak hal yang tidak patut untuk ditiru seperti sinetron yang menceritakan tentang permusuhan, atau situs-situs porno di internet.
Menurut Halgin (1994), ada tiga faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan atau penyimpangan perilaku pada anak, yaitu :
1.    Faktor genetik, meliputi keabnormalan pada jaringan syaraf di otak, dan kelainan-kelainan yang dibawa sejak lahir.
2.  Berdasarkan pendekatan behavioral dan cognitive-behavioral. ADHD merupakan perilaku yang dapat dipelajari melalui reinforcement. Sedangkan conduct disorder diperkuat oleh adanya reinforcement dari lingkungan.
3.  Berdasarkan sistem dalam keluarga, yaitu ketidakharmonisan lingkungan keluarga, keluarga yang berantakan dan terpecah.

D. Jenis-Jenis atau Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang pada Anak SD
8
Salah satu tujuan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut muncul untuk menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh karena anak menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya (Darwis, 2006: 43). Kecemasan pada dasarnya adalah ketegangan psikologis sebagai akibat dari ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Disebut mekanisme pertahanan diri, karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang atau mekanisme pertahanan diri ini antara lain rasionalisasi, sifat bermusuhan, menghukum diri sendiri, refresi/penekanan, konformitas, dan sinis (Darwis, 2006 : 44). Adapun bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang anak SD dijelaskan pada paparan berikut ini.
1. Rasionalisasi
Rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut “memberikan alasan”. Memberikan alasan yang dimaksud adalah memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu dan penjelasan tersebut biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya (Darwis, 2006: 44).
2. Sifat Bermusuhan
Sikap individu yang menganggap individu lain sebagai musuh/saingan. Menurut Darwis (2006: 45) sikap bermusuhan ini tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan.
3. Menghukum diri sendiri
Perilaku menghukum diri sendiri terjadi karena individu merasa cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai amat kuat (Kartadinata, 1999: 196).
4. Refresi/penekanan
Refresi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
5. Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dari perasaan tertekan atau bersalah terhadap pemenuhan harapan orang lain. Tujuan anak melakukan hal ini agar ia terhindar dari perasaan cemas.


9

6. Sinis
Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidak berdayaan ini membuat dirinya khawatir dan cenderung menghindar dari penilaian orang lain.
10
Semua perilaku mekanisme pertahanan diri di atas mempunyai karakteristik (darwis, 2006: 45). Karakteristik tersebut antara lain: (a) menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan, (b) dilakukan tanpa menyadari latar belakang perilaku tersebut. Pola perilaku pertahanan diri ini cenderung kepada pengurangan kecemasan dan bukan pemecahan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.
BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    Identifikasi
1.    Identitas Murid
Nama    : Amansyah Bancin
NIS    : 10111007
Tempat, Tanggal Lahir    : Subulussalam, 28 April 2005
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

2.    Keterangan tentang Orang Tua Murid
Nama :
    Ayah    : Salman Bancin
    Ibu    : Susiana
Agama    : Islam
Pendidikan Tertinggi :
    Ayah    : SD
    Ibu    : SMP
Pekerjaan   
    Ayah    : Dagang
    Ibu    : IRT
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

3.     Keterangan tentang Keadaan Keluarga Murid
Tinggal dengan    : Orang tua
Anak ke-    : 2 dari 3 bersaudara
Bahasa Sehari-hari    : Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah


11

B. Diagnosis
1. Permasalahan
Anak mempunyai tingkat emosi yang tinggi, sering mengganggu temannya, sering berkata kasar, dan tidak hormat terhadap orang yang lebih tua. Dengan observasi, keadaan anak dapat dilihat dari berbagai aspek:
a.    Aspek Kognitif
    Dilihat dari aspek kognitif, Amansyah Bancin bukan termasuk anak yang mengalami kesulitan belajar, ini ditunjukkan oleh perolehan nilai yang cukup memuaskan, dalam setiap ulangan.
b.     Aspek Afektif
    Dilihat dari segi afektif, Amansyah Bancin cenderung hyperaktif dan sering mengganggu teman-teman yang lainnya, sering berkata kasar dan tidak hormat kepada guru. Sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
c.   Aspek Psikomotor
    Dilihat dari aspek psikomotor, perkembangan psikomotor Amansyah Bancin cenderung kepada hal-hal yang bersifat negatif.
Dilihat dari hasil obsevasi, dapat disimpulkan bahwa Amansyah Bancin mengalami masalah pada aspek afektif sehingga ia melakukan penyimpangan perilaku.

2. Latar Belakang
Anak dari pasangan Bapak Salman Bancin dan Ibu Susiana ini melakukan penyimpangan perilaku terlihat dari segi afektifnya. Dia cenderung hyperaktif, sering mengganggu teman-temannya, sering berkata kasar dan tidak hormat terhadap guru dan orang yang lebih tua darinya.
Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua, sehingga anak bergaul dengan bebas dan meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa di sekelilingnya. Sikap orang tua yang keras dalam mendidik, membuat Amansyah Bancin merasa tertekan sehingga menjadi hyperaktif dan tempramental saat berada di luar rumah.

12

C. Usaha Mengatasi Penyimpangan Perilaku
Usaha yang dilakukan dalam mengatasi perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1. Usaha di lingkungan keluarga
a.    Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak lebih nyaman tinggal di rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.
b.  Memberikan kemerdekaan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
c.  Orang tua selalu berbagi (sharing) pengalaman, cerita dan informasi kepada anak-anak. Sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang cocok unutk dijadikan pegangan dalam bertingkah laku.
d.  Orang tua sebaiknya memperlihatkan sikap-sikap yang pantas dan dapat diteladani oleh anak-anak mereka.

2.    Usaha di lingkungan sekolah
    Secara umum untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa di lingkungan sekolah dapat dilakukan usaha-usaha berikut :
a.  Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan tidak merugikan berbagai pihak.
b.  Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tindakan dilakukan dengan cara memberikan sanksi yang sesuai terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa yang berasal dari kaluarga terpandang atau pejabat.
13
c.  Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah. Dengan cara ini, masyarakat dapat melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan siswa di luar pekarangan sekolah. Seperti bolos, tawuran, merokok dan minum minuman keras.
Sementara untuk anak yang bermasalah perindividu misalnya Amansyah Bancin dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Pendekatan internal terhadap siswa akan menambah keterbukaan siswa.
2.    Berusaha menegur dan menyapa siswa sesering mungkin, untuk mengalihkan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu ketertiban kelas.
3. Selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana saat pembelajaran berlangsung untuk merangsang keingintahuan dan kedekatan dengan guru.
4.    Tidak membebani tugas yang tidak mungkin bisa dikerjakannya untuk merangsang kemauan belajarnya.
5. Memberikan arahan dan bimbingan sesering mungkin.
6.    Membimbing siswa secara individu untuk mengejar ketinggalan dari kawannya.


3.  Usaha di lingkungan masyarakat
a.    Menegur anak-anak yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah melanggar norma.
14
b.    Menjadi teladan yang baik bagi anak-anak yang tinggal di lingkungan tempat tinggal.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyimpangan perilaku atau perilaku meyimpang adalah pola-pola perilaku yang negatif yang dilakukan oleh suatu individu dalam suatu kelompok karena tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya. Penyimpangan perilaku ini dapat berupa penolakan, kemarahan, ketidaksabaran, dan sebagainya.
Gejala penyimpangan perilaku dari dalam diri anak SD muncul akibat ketidakmampuan anak tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut juga akan mengakibatkan anak berperilaku mundur ke perilaku yang sebelumnya ia lalui. Sedangkan gejala penyimpangan perilaku pada anak yang berasal dari lingkungan sekitar antara lain pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak, pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah, lingkungan rumah kurang memberikan model perilaku untuk ditiru, kurang motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, dan anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan atau penyimpangan perilaku pada anak, yaitu : (1) Faktor internal, meliputi krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. (2) Faktor Eksternal, meliputi keluarga, lingkungan, dan media massa.
Adapun bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang anak SD yaitu (1) Rasionalisasi. (2) Sifat bermusuhan. (3) Menghukum diri sendiri. (4) Refresi/penekanan. (5) Konformitas. (6) Sinis.
Dari hasil observasi di lapangan faktor yang menyebabkan anak melakukan penyimpangan perilaku adalah dari cara mendidik orang tua yang keras, sehingga anak merasa tertekan dan menyebabkan anak menjadi emosional.



15

B.     Saran
Sebagaimana kita ketahui sekarang banyak sekali penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar yang jika dibiarkan akan menyebabkan terjadinya degradasi moral. Diharapkan tidak hanya dari pihak sekolah saja sebagai lembaga pendidikan, tetapi keluarga dan masyarakat juga turut berperan agar tidak terjadi penyimpangan perilaku pada anak-anak.

























16

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, W R. (2011). Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang. [online]. Tersdia di:http://rizkywahyusetiawan.blogspot.com/2011/06/cara-mengatasi-perilaku-menyimpang.html [20 Mei 2014]
Nurwijayanto. (2011). Penyimpangan Perilaku Anak Sekolah Dasar. [online]. Tersedia di: http://nurwijayantoz.wordpress.com/pendidikan-4/penyimpangan-perilaku-anak-sekolah-dasar/ [20 Mei 2014]
___________. (2011). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://seputar-sekolah-dasar.blogspot.com/2011/03/perilaku-menyimpang.html [20 Mei 2014].
___________. (2012). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang [20 Mei 2014 ]


















17

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
DATA OBSERVER














Nama    : Candra Sihotang
TTL    : Lau Balang, 17 Pebruari 1986
NIM    : 8136121004
Prodi    : Teknologi Pendidikan
Kelas/Semester    : A1 / II
E-Mail    : cand.otank90@gmail.com
Pekerjaan    : Guru pada MIN Subulussalam (Tugas Belajar)
Pendidikan Terakhir    : S1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Alamat    : Jl. Hamzah Fansuri Kota Subulussalam Prov. Aceh
No. HP    : 0822 7299 4267  






18

Lampiran 2.
DATA MURID












Nama    : Amansyah Bancin
NIS    : 10111007
Tempat, Tanggal Lahir    : Subulussalam, 28 April 2005
Hobby    : Sepak Bola
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

    Orang Tua Murid
Nama :
    Ayah    : Salman Bancin
    Ibu    : Susiana
Agama    : Islam
Pendidikan Tertinggi :
    Ayah    : SD
    Ibu    : SMP
Pekerjaan   
    Ayah    : Dagang
    Ibu    : IRT
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh
Tinggal dengan    : Orang tua
Anak ke-    : 2 dari 3 bersaudara
Bahasa Sehari-hari    : Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
19

Lampiran 3
DATA PARTISIPAN (WALI KELAS III)












Nama    : MINA AGUSTINA W, A.Ma
TTL    : Rundeng, 30 Desember 1982
NIP    : 19823012 200501 2 001
Pekerjaan    : Guru pada MIN Subulussalam
Pendidikan Terakhir    : D II PGMI
Alamat    : Jl. Teuku Umar Kota Subulussalam Prov. Aceh













20

Lampiran 4
FOTO DOKUMENTASI

21
Tidak membebani tugas yang tidak mungkin bisa dikerjakannya untuk merangsang kemauan belajarnya.


Membimbing siswa secara individu untuk mengejar ketinggalan dari kawannya


Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa dan penghuni sekolah.



LAPORAN OBSERVASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK
DI MIN SUBULUSSALAM

Sebagai Tugas Individu  Akhir Semester mata kuliah
Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan






Disusun oleh :

Candra Sihotang
Nim : 8136121004


Dosen  Pengampu : Dr. R. Mursid, M.Pd



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya berupa rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan observasi yang berjudul “Penyimpangan Perilaku Anak ” sebagai tugas mata kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2014 di  Madrasah Ibtidaiyah Negeri Subulussalam Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kapada:
1.     Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd  selaku dosen mata kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan yang  telah  membimbing dalam penyusunan  laporan ini.
2.    Bapak Kamaruddin, S.Ag.M,Si. selaku Kepala Sekolah MIN Subulussalam yang telah memberi izin penulis untuk melakukan observasi.
3.    Ibu Mina Agustina W, A.Ma. selaku Wali Kelas III yang telah memberikan informasi dan bimbingan dalam pelaksanaan observasi ini.
4.   Segenap Guru MIN Subulussalam yang telah memberikan informasi dan membantu memperlancar pelaksanaan observasi ini.
5.      Siswa-siswi kelas 3 yang telah bersedia menjadi objek penelitian dan bisa bekerja sama dengan baik.
6.     Kepada rekan-rekan Mahasiswa Teknologi Pendidikan khususnya kelas A1 yang memberikan dukungan baik materil maupun moril dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan observasi ini mengandung kekurangan sekalipun telah diupayakan seoptimal mungkin oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang jauh lebih baik.
Semoga laporan ini memberikan manfaat dan menambah wawasan tentang penelitian bagi siapapun yang membacanya.

Medan, 18 Mei 2014
i
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR    i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    1
B.  Rumusan Masalah    2
C.  Tujuan    2
D.  Manfaat    3
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Penyimpangan Perilaku    4
B.  Gejala-Gejala Penyimpangan Perilaku pada Anak SD    5
C.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penyimpangan Perilaku
    PadaAnak     7
D.     Jenis-Jenis atau Bentuk-Bentuk Penyimpangan Perilaku pada Ana SD     8
BAB III HASIL OBSERVASI
A.    Identifikasi     11
B.  Diagnosis     12
C.  Usaha Mengatasi Penyimpangan Perilaku     13
BAB IV PENUTUP
A.  Kesimpulan     15
B.  Saran     16
DAFTAR PUSTAKA     17
LAMPIRAN     18






ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola-pola perilaku menyimpang. Hal ini sebagai dampak pengadopsian budaya luar secara berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja kita. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar secara arif dan bertanggung jawab (Styawan, 2007).
Tidak dapat dipungkiri pula, kehadiran teknologi yang serba digital dewasa ini banyak menjebak remaja dan anak-anak untuk mengikuti perubahan ini. Hal ini perlu didukung dan disikapi positif mengingat kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi adalah kebutuhan masa kini yang tidak bisa terelakkan. Namun, filterisasi atas merebaknya informasi dan teknologi super canggih melalui berbagai media komunikasi seringkali terlepas dari kontrol.
Pola perilaku budaya luar, sering kali dianggap sebagai simbol kemajuan dan mendapat dukungan berarti di kalangan remaja. Kemajuan informasi dan teknologi telah membawa ke arah perubahan konsep hidup dan perilaku sosial. Pengenalan dan penerimaan informasi dan teknologi tumbuh pesat bahkan menjadi kebutuhan hidup.
1
Dalam hal ini, berdampak kepada perkembangan anak-anak yang meniru kelakuan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga belakangan ini banyak terjadi kasus-kasus yang terjadi di kalangan anak-anak Sekolah Dasar. Bentuk ancaman atau pemalakan lebih sering muncul dalam beberapa bentuk seperti minta makanan, malas belajar sehingga minta temannya untuk membuatkan tugas, sampai saat ujian pun minta untuk diberi contekan. Kasus lain yaitu berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek menangis. Selain itu juga terjadi kebiasaan untuk memanggil temannya dengan nama bapaknya atau bukan nama yang sebenarnya dengan maksud melecehkan. Hal ini akan mendorong sifat premanisme yang akan terbawa hingga dewasa. Beberapa masalah tersebut disebut sebagai penyimpangan perilaku.
Penyimpangan perilaku ini adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43).
Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak pada sebagian anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial. Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah atau menyimpang yang kronis (Darwis, 2006: 44).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpang perilaku pada anak SD?
2. Bagaimana gejala-gejala penyimpangan perilaku anak SD?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku pada anak SD?
4. Apa saja jenis-jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan anak SD?

C. Tujuan
Tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1.    Untuk memberikan informasi mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak SD.
2.  Untuk mmeberikan informasi mengenai gejala-gejala penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak SD.
3.    Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku pada anak SD.
2
4.    Untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan anak SD dalam pembelajaran.
D.  Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:
1.    Memberikan kesempatan kepada penulis (mahasiswa) untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh anak SD.
2.  Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
3.  Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk lebih mengenal calon anak didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan masalah yang mereka hadapi, khususnya anak yang melakukan penyimpangan perilaku.
4.  Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
5.  Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan anak atau siswa.
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena:
1.    Mengetahui akan masalah yang dihadapi seorang siswa yang mungkin kita tidak menyadarinya.
2.  Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan anaknya, dengan memberikan perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka.
3.  Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang dihadapi oleh siswa.

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyimpangan Perilaku Anak
Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Kartono dalam Darwis (2006: 43) mengemukakan bahwa ada dua jenis perilaku manusia, yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah.
Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada masa perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan berperilaku normal. Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior).
Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004: 39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku menyimpang dalam istilah psikologi sering disebut dengan Disruptive Behavior, dan karena perilakunya negatif dan tidak normal maka termasuk dalam gangguan perilaku, disebut juga dengan Disruptive Behavior Disorders. Disruptive behavior ini merupakan pola-pola perilaku yang negatif yang ditampakkan anak dalam kelompoknya maupun untuk merespon segala sesuatu disekelilingnya. Respon yang sering muncul yaitu kemarahan, ketidaksabaran, penolakan dan sebagainya. (Loeber, 1990).
4
Menurut Halgin (1994) ada tiga macam perilaku yang termasuk dalamdisruptive behavior disorder yaitu :
1. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
Gejala utama pada anak yang mengalami ADHD adalah kurangnya atau tidak adanya konsentrasi pada diri anak, ketika anak bermain, belajar atau segala sesuatu yang dilakukan tidak bertahan lama. Perhatiannya mudah teralih, diikuti dengan perilakunya yang banyak, banyak gerak dan tidak bisa diam. Selain itu, anak biasanya juga terlihat sangat aktif dalam berbicara, dan perilakunya sering mengganggu orang lain.
2. Conduct Disorder
Conduct disorder ini merupakan perilaku yang melatar belakangi seorang anak memiliki perilaku kekerasan, kenakalan atau kriminalitas. Perilaku yang ditampilkan dalam conduct disorder merupakan perilaku yang tidak menghargai hak-hak orang lain, melanggar aturan, norma-norma yang berlaku  atau pun hukum. Conduct disorder biasanya muncul sebelum masa pubertas, diperkirakan 9% terjadi pada laki-laki dan 2% pada anak-anak perempuan. Conduct disorder ini meliputi juga perilaku bermusuhan atau menyakiti orang lain.
3. Oppositional Defiant Disorder
Oppositional defiant disorder biasanya terjadi pada anak-anak usia 8-12 tahun, dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pada anak-anak dengan gangguan tersebut memiliki pandangan maupun perilaku negatif dan menyimpang, biasanya disertai dengan komplain-komplain terhadap orang tua, sikap permusuhan dan kemampuan berargumentasi tentang apa pendapat dan apa yang dilakukannya. Reaksi-reaksi yang ditampilkan pada saat masa remaja adalah reaksi negatif terhadap kemandirian. Kemungkinan besar anak-anak atau remaja dengan gangguan tersebut akan mengalami juga gangguan suasana perasaan (mood disorder) atau pun gangguan kepribadian pasif-agresif.

B. Gejala-Gejala Penyimpangan Perilaku pada Anak SD
5
Gejala penyimpangan perilaku anak merupakan tanda-tanda munculnya perilaku menyimpang pada anak. Gejala-gejala penyimpangan perilaku anak merupakan perbuatan atau perilaku anak SD yang dapat menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami penyimpangan perilaku. Secara umum gejala ini berasal dari dalam diri anak dan dari lingkungan sekitar. Gejala penyimpangan perilaku dari dalam diri anak SD muncul akibat ketidakmampuan anak tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut juga akan mengakibatkan anak berperilaku mundur ke perilaku yang sebelumnya ia lalui (Hurlock, 2004: 39).
Sedangkan gejala penyimpangan perilaku pada anak yang berasal dari lingkungan sekitar menurut Hurlock (2004: 288) antara lain pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak, pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah, lingkungan rumah kurang memberikan model perilaku untuk ditiru, kurang motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, dan anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar.
Pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak bermakna bahwa para orang tua dan guru sering menganggap perilaku normal yang mengganggu ketenangan di rumah atau kelancaran sekolah sebagai perilaku bermasalah. Bila mereka beranggapan seperti itu si anak mungkin akan mengembangkan sikap yang tidak menyenangkan terhadap mereka dan terhadap situasi di mana perilaku itu terjadi (Hurlock, 2004: 39). Akibatnya ialah si anak mengembangkan perilaku yang merupakan masalah yang serius, misalnya berbohong, berbuat licik atau merusak sebagai cara membalas dendam.
Pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah merupakan hal yang menjadikan anak akan menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah, meskipun dia diberikan motivasi kuat untuk melakukannya. Hurlock (2004: 288) memberikan contoh bahwa, anak yang diasuh dengan metode otoriter, misalnya, sering mengembangkan sikap benci terhadap semua figur berwenang. Contoh yang lain adalah pola asuh yang serba membolehkan di rumah, anak akan menjadi orang yang tidak mau memperhatikan keinginan orang lain, merasa dia dapat mengatur dirinya sendiri.
6
Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial merupakan hal yang sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan baik di rumah atau di luar rumah (Hurlock, 2004: 288). Sebagai contoh, anak yang selalu digoda atau diganggu oleh saudaranya yang lebih tua, atau yang diperlakukan sebagai orang yang tidak dikehendaki dalam permainan mereka, tidak akan memiliki motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah.
Anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar. Hurlock (2004: 288) menyatakan bahwa meskipun anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik, anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar itu. Sebagai contoh apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan dapat “menguasai” agresivitasnya setelah bertambah dewasa dan mengalami hubungan sosial yang lebih banyak, anak itu tidak akan mengasosiasikan agresivitasnya dengan penolakan teman sebaya yang dialaminya dan, akibatnya dia tidak akan berusaha untuk mengurangi agresivitasnya.

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penyimpangan Perilaku pada Anak
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan perilaku pada anak, antara lain adalah kurangnya pemupukan pendidikan agama dan moral, kehidupan yang semakin lama semakin praktis, mudah, dan serba gampang.
Penyimpangan perilaku anak bisa disebabkan oleh faktor dari diri anak itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor internal:
a.    Krisis identitas
    Dalam hal ini, anak sedang mencari jati dirinya dengan meniru tingkah laku orang dewasa yang ada di sekitarnya.
b.    Kontrol diri yang lemah
    Anak belum bisa membedakan mana tingkah laku yang pantas untuk ditiru dan tidak, sehingga anak akan terseret pada penyimpangan perilaku. Begitupun anak yang bisa membedakan namun tidak bisa mengontrol dirinya untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.    Faktor eksternal:
7
a.  Keluarga
    Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada anak. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, terlalu keras pada anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya penyimpangan perilaku.
b.    Teman sebaya yang kurang baik
c.  Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
d.  Media massa
Banyak media massa yang mempengaruhi perkembangan perilaku anak, seperti internet, televisi, dan lain-lain. Banyak hal yang tidak patut untuk ditiru seperti sinetron yang menceritakan tentang permusuhan, atau situs-situs porno di internet.
Menurut Halgin (1994), ada tiga faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan atau penyimpangan perilaku pada anak, yaitu :
1.    Faktor genetik, meliputi keabnormalan pada jaringan syaraf di otak, dan kelainan-kelainan yang dibawa sejak lahir.
2.  Berdasarkan pendekatan behavioral dan cognitive-behavioral. ADHD merupakan perilaku yang dapat dipelajari melalui reinforcement. Sedangkan conduct disorder diperkuat oleh adanya reinforcement dari lingkungan.
3.  Berdasarkan sistem dalam keluarga, yaitu ketidakharmonisan lingkungan keluarga, keluarga yang berantakan dan terpecah.

D. Jenis-Jenis atau Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang pada Anak SD
8
Salah satu tujuan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut muncul untuk menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh karena anak menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya (Darwis, 2006: 43). Kecemasan pada dasarnya adalah ketegangan psikologis sebagai akibat dari ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Disebut mekanisme pertahanan diri, karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang atau mekanisme pertahanan diri ini antara lain rasionalisasi, sifat bermusuhan, menghukum diri sendiri, refresi/penekanan, konformitas, dan sinis (Darwis, 2006 : 44). Adapun bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang anak SD dijelaskan pada paparan berikut ini.
1. Rasionalisasi
Rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut “memberikan alasan”. Memberikan alasan yang dimaksud adalah memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu dan penjelasan tersebut biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya (Darwis, 2006: 44).
2. Sifat Bermusuhan
Sikap individu yang menganggap individu lain sebagai musuh/saingan. Menurut Darwis (2006: 45) sikap bermusuhan ini tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan.
3. Menghukum diri sendiri
Perilaku menghukum diri sendiri terjadi karena individu merasa cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai amat kuat (Kartadinata, 1999: 196).
4. Refresi/penekanan
Refresi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
5. Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dari perasaan tertekan atau bersalah terhadap pemenuhan harapan orang lain. Tujuan anak melakukan hal ini agar ia terhindar dari perasaan cemas.


9

6. Sinis
Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidak berdayaan ini membuat dirinya khawatir dan cenderung menghindar dari penilaian orang lain.
10
Semua perilaku mekanisme pertahanan diri di atas mempunyai karakteristik (darwis, 2006: 45). Karakteristik tersebut antara lain: (a) menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan, (b) dilakukan tanpa menyadari latar belakang perilaku tersebut. Pola perilaku pertahanan diri ini cenderung kepada pengurangan kecemasan dan bukan pemecahan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.
BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    Identifikasi
1.    Identitas Murid
Nama    : Amansyah Bancin
NIS    : 10111007
Tempat, Tanggal Lahir    : Subulussalam, 28 April 2005
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

2.    Keterangan tentang Orang Tua Murid
Nama :
    Ayah    : Salman Bancin
    Ibu    : Susiana
Agama    : Islam
Pendidikan Tertinggi :
    Ayah    : SD
    Ibu    : SMP
Pekerjaan   
    Ayah    : Dagang
    Ibu    : IRT
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

3.     Keterangan tentang Keadaan Keluarga Murid
Tinggal dengan    : Orang tua
Anak ke-    : 2 dari 3 bersaudara
Bahasa Sehari-hari    : Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah


11

B. Diagnosis
1. Permasalahan
Anak mempunyai tingkat emosi yang tinggi, sering mengganggu temannya, sering berkata kasar, dan tidak hormat terhadap orang yang lebih tua. Dengan observasi, keadaan anak dapat dilihat dari berbagai aspek:
a.    Aspek Kognitif
    Dilihat dari aspek kognitif, Amansyah Bancin bukan termasuk anak yang mengalami kesulitan belajar, ini ditunjukkan oleh perolehan nilai yang cukup memuaskan, dalam setiap ulangan.
b.     Aspek Afektif
    Dilihat dari segi afektif, Amansyah Bancin cenderung hyperaktif dan sering mengganggu teman-teman yang lainnya, sering berkata kasar dan tidak hormat kepada guru. Sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
c.   Aspek Psikomotor
    Dilihat dari aspek psikomotor, perkembangan psikomotor Amansyah Bancin cenderung kepada hal-hal yang bersifat negatif.
Dilihat dari hasil obsevasi, dapat disimpulkan bahwa Amansyah Bancin mengalami masalah pada aspek afektif sehingga ia melakukan penyimpangan perilaku.

2. Latar Belakang
Anak dari pasangan Bapak Salman Bancin dan Ibu Susiana ini melakukan penyimpangan perilaku terlihat dari segi afektifnya. Dia cenderung hyperaktif, sering mengganggu teman-temannya, sering berkata kasar dan tidak hormat terhadap guru dan orang yang lebih tua darinya.
Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua, sehingga anak bergaul dengan bebas dan meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa di sekelilingnya. Sikap orang tua yang keras dalam mendidik, membuat Amansyah Bancin merasa tertekan sehingga menjadi hyperaktif dan tempramental saat berada di luar rumah.

12

C. Usaha Mengatasi Penyimpangan Perilaku
Usaha yang dilakukan dalam mengatasi perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1. Usaha di lingkungan keluarga
a.    Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak lebih nyaman tinggal di rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.
b.  Memberikan kemerdekaan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
c.  Orang tua selalu berbagi (sharing) pengalaman, cerita dan informasi kepada anak-anak. Sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang cocok unutk dijadikan pegangan dalam bertingkah laku.
d.  Orang tua sebaiknya memperlihatkan sikap-sikap yang pantas dan dapat diteladani oleh anak-anak mereka.

2.    Usaha di lingkungan sekolah
    Secara umum untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa di lingkungan sekolah dapat dilakukan usaha-usaha berikut :
a.  Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan tidak merugikan berbagai pihak.
b.  Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tindakan dilakukan dengan cara memberikan sanksi yang sesuai terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa yang berasal dari kaluarga terpandang atau pejabat.
13
c.  Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah. Dengan cara ini, masyarakat dapat melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan siswa di luar pekarangan sekolah. Seperti bolos, tawuran, merokok dan minum minuman keras.
Sementara untuk anak yang bermasalah perindividu misalnya Amansyah Bancin dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Pendekatan internal terhadap siswa akan menambah keterbukaan siswa.
2.    Berusaha menegur dan menyapa siswa sesering mungkin, untuk mengalihkan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu ketertiban kelas.
3. Selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana saat pembelajaran berlangsung untuk merangsang keingintahuan dan kedekatan dengan guru.
4.    Tidak membebani tugas yang tidak mungkin bisa dikerjakannya untuk merangsang kemauan belajarnya.
5. Memberikan arahan dan bimbingan sesering mungkin.
6.    Membimbing siswa secara individu untuk mengejar ketinggalan dari kawannya.


3.  Usaha di lingkungan masyarakat
a.    Menegur anak-anak yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah melanggar norma.
14
b.    Menjadi teladan yang baik bagi anak-anak yang tinggal di lingkungan tempat tinggal.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyimpangan perilaku atau perilaku meyimpang adalah pola-pola perilaku yang negatif yang dilakukan oleh suatu individu dalam suatu kelompok karena tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya. Penyimpangan perilaku ini dapat berupa penolakan, kemarahan, ketidaksabaran, dan sebagainya.
Gejala penyimpangan perilaku dari dalam diri anak SD muncul akibat ketidakmampuan anak tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut juga akan mengakibatkan anak berperilaku mundur ke perilaku yang sebelumnya ia lalui. Sedangkan gejala penyimpangan perilaku pada anak yang berasal dari lingkungan sekitar antara lain pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak, pola perilaku sosial yang buruk yang berkembang di rumah, lingkungan rumah kurang memberikan model perilaku untuk ditiru, kurang motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, dan anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan atau penyimpangan perilaku pada anak, yaitu : (1) Faktor internal, meliputi krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. (2) Faktor Eksternal, meliputi keluarga, lingkungan, dan media massa.
Adapun bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang anak SD yaitu (1) Rasionalisasi. (2) Sifat bermusuhan. (3) Menghukum diri sendiri. (4) Refresi/penekanan. (5) Konformitas. (6) Sinis.
Dari hasil observasi di lapangan faktor yang menyebabkan anak melakukan penyimpangan perilaku adalah dari cara mendidik orang tua yang keras, sehingga anak merasa tertekan dan menyebabkan anak menjadi emosional.



15

B.     Saran
Sebagaimana kita ketahui sekarang banyak sekali penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar yang jika dibiarkan akan menyebabkan terjadinya degradasi moral. Diharapkan tidak hanya dari pihak sekolah saja sebagai lembaga pendidikan, tetapi keluarga dan masyarakat juga turut berperan agar tidak terjadi penyimpangan perilaku pada anak-anak.

























16

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, W R. (2011). Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang. [online]. Tersdia di:http://rizkywahyusetiawan.blogspot.com/2011/06/cara-mengatasi-perilaku-menyimpang.html [20 Mei 2014]
Nurwijayanto. (2011). Penyimpangan Perilaku Anak Sekolah Dasar. [online]. Tersedia di: http://nurwijayantoz.wordpress.com/pendidikan-4/penyimpangan-perilaku-anak-sekolah-dasar/ [20 Mei 2014]
___________. (2011). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://seputar-sekolah-dasar.blogspot.com/2011/03/perilaku-menyimpang.html [20 Mei 2014].
___________. (2012). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang [20 Mei 2014 ]


















17

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
DATA OBSERVER














Nama    : Candra Sihotang
TTL    : Lau Balang, 17 Pebruari 1986
NIM    : 8136121004
Prodi    : Teknologi Pendidikan
Kelas/Semester    : A1 / II
E-Mail    : cand.otank90@gmail.com
Pekerjaan    : Guru pada MIN Subulussalam (Tugas Belajar)
Pendidikan Terakhir    : S1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Alamat    : Jl. Hamzah Fansuri Kota Subulussalam Prov. Aceh
No. HP    : 0822 7299 4267  






18

Lampiran 2.
DATA MURID












Nama    : Amansyah Bancin
NIS    : 10111007
Tempat, Tanggal Lahir    : Subulussalam, 28 April 2005
Hobby    : Sepak Bola
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

    Orang Tua Murid
Nama :
    Ayah    : Salman Bancin
    Ibu    : Susiana
Agama    : Islam
Pendidikan Tertinggi :
    Ayah    : SD
    Ibu    : SMP
Pekerjaan   
    Ayah    : Dagang
    Ibu    : IRT
Alamat    : Jl. Siti Ambiya Lr. Siti Zahra Subulussalam
      Kec. Simpang Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh
Tinggal dengan    : Orang tua
Anak ke-    : 2 dari 3 bersaudara
Bahasa Sehari-hari    : Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
19

Lampiran 3
DATA PARTISIPAN (WALI KELAS III)












Nama    : MINA AGUSTINA W, A.Ma
TTL    : Rundeng, 30 Desember 1982
NIP    : 19823012 200501 2 001
Pekerjaan    : Guru pada MIN Subulussalam
Pendidikan Terakhir    : D II PGMI
Alamat    : Jl. Teuku Umar Kota Subulussalam Prov. Aceh













20

Lampiran 4
FOTO DOKUMENTASI

21
Tidak membebani tugas yang tidak mungkin bisa dikerjakannya untuk merangsang kemauan belajarnya.


Membimbing siswa secara individu untuk mengejar ketinggalan dari kawannya


Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa dan penghuni sekolah.



No comments:

Post a Comment