Saturday 13 September 2014

MENENTUKAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN NON TES

Makalah Evaluasi Pendidikan dan Pembelajaran

MENENTUKAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN NON TES














Disusun oleh Kelompok 4:

1.    Candra Sihotang            (8136121004)
2.    David Eklesia Octoria        (8136121005)
3.    Eka Rahma Dewi            (8136121007)



Dosen  Pengampu : Prof. Dr. Abd. Hasan Saragih, M.Pd




PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran Norman E. Gronlund merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut : evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan dan membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2006:6).
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang sama, Arifin (2011)  mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut : evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Arifin (2011) menyatakan evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan nilai dan arti.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat dipahami bahwa evaluasi adalah sesuatu yang mampu mengukur kemampuan dan prestasi siswa selama masa-masa belajarnya baik perkembangan siswa maupun penurunan dalam prestasi siswa.
Adapun langkah awal yang sangat penting dilakukan dalam evalusi pendidikan adalah pengukuran dan penilaian. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dalam berbentuk tes. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian, sebab masih ada tehnik yang lain, yaitu non tes.  Tehnik non tes bisa berbetuk observasi, wawancara, angket, studi kasus, dll. Sebelum peneliti menggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu.
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Selain validitas ada juga yang dinamakan dengan reabilitas. Reabilitas juga merupakan salah satu hal yang penting sebelum peneliti ingin menggunakan instrument penelitian.
Adapun yang akan menjadi topik utama di dalam pembahasan makalah ini adalah tentang validitas dan reliabilitas non tes.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah :
a. Apa-apa saja yang termasuk ke dalam instrument non tes?
b. Bagaimana menghitung validitas dan reliabilitas non tes?

1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk ke dalam intrumen non tes.
b. Untuk mengetahui cara menghitung validitas dan reliabilitas non tes.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  Instrumen Non Tes
Pada saat melakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan non tes  Instrumen dalam lingkup evaluasi pendidikan didefinisikan  sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Instrumen non tes digunakan untuk mengukur aspek lain seperti sikap. Instrumen non tes seringkali digunakan tanpa “menguji” objek/subjek penelitian tetapi digunakan dengan cara tertentu, tujuan utamanya biasanya adalah untuk mendapatkan beragam informasi terkait kondisi objek/subjek yang sedang diteliti.
Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio) dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah, validasi uji coba akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba (Sudaryono, 2012).
Instrumen non tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dari ranah sikap hidup (afektif domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan tehnik tes digunakan untuk mengukur ranah kognitif (proses berfikir). Kedua instrument ini sangat penting digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
Berikut macam-macam instrument non tes, yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
Menurut Sudijono (2009) observasi/pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan pengamatan. Pengamatan/observasi merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh pendidik atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup.
Pelaksanan pengamatan sikap dapat dilakukan pendidik pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat menghormati, sopan santun, dan jujur.
Observasi/pengamatan dapat dilakukan baik secara partisipatif maupun nonpartisipatif. Observasi dapat pula berbentuk eksperimental yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada observasi berpartisipasi, observer (dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan penilaian, seperti guru, dosen dan sebagainya) melibatkan diri di tenggah-tenggah kegiatan observe (dalam hal ini peserta didik sedang diamati tingkah lakunya, seperti murid, siswa, mahasiswa dan sebgainya) sedangkan pada observasi nonpartisipasi, evaluator berada di luar garis, seolah-olah hanya sebagai penonton belaka.
Pada observasi eksperimental di mana tingkah laku yang diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan (treatment) atau suatu kondisi tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang, sedangkan pada observasi yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana kareana observasi semacam ini dapat dilakukan secara sepintas lalu saja.
Menurut Arifin (2009) observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.     Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2.     Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3.     Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4.   Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.     Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.   Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.   Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
Agar pelaksanaan observasi berhasil dengan baik, diperlukan alat atau intrumen observasi itu sendiri. Instrumen observasi adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan observasinya. Berikut ini dijelaskan beberapa instrument obsservasi yang bisa digunakan untuk mencatat hasil observasi, yaitu daftar cek (check list), catatan insedental (anecdotal recort), dan skala penilaian.

2. Wawancara ( Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwancarai.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1.     Wawancara terpimpin yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis.
2.   Wawancara tidak terpimpin yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan Tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua atau wali murid dan lain-lain, dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu dengan berpegang pada panduan wawancara yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari peserta didik, hal-hal yang disukai dan tidak disukai, keinginan atau cita-citanya, cara belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya, bacaannya, dan sebagainya.
Agar hasil wawancara sesuai dengan apa diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara harus :
a.    Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada orang yang akan diwawancara.
b.    Merekam pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban dari orang yang diwawancara ( responden ).
Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
1.     Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2.   Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti

3. Angket
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara di mana penilaian ( evaluator ) berhadapan secara lansung ( face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, penggumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.
Angket dapat diberikan lansung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada para orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan menganalisis tingkah laku dalam proses belajar mereka. Disamping itu juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuisioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.

4. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan salah satu  cara untuk mengukur prestasi belajar anak, yaitu dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup, seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, jenis penyakit yang diderita dan lain sebagainya.
Berbagai informasi tentang peserta didik dan latar be;akang keluarganya sangat membantu guru untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Informasi tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blannko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

5. Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu prosedur evaluasi dalam upaya mempelajari satu orang siswa atau sekelompok siswa yang dijadikan sebagai kasus, dengan cara menghimpun data dan informasi dari semua pihak yang terkait dengan kasus tersebut, dan dengan berbagai tehnik pengukuran yang relevan. Informasi yang dikumpulkan antara lain hal-hal yang berkenaan dengan informasi umum, situasi masyarakat yang mempenagaruhi siswa tersebut, latar belakang keluarga, catatan sekolah, abilitas mental. Kondisi jasmaniah dan pengalaman-pengalaman di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi mempelajari catatan, observasi, pembahasan, pertemuan, analisis, kunjungan dan sebagainya (Hamalik, 2001).
Studi kasus sama juga seperti alat penilaian hasil belajar yang lain yaitu mempunyai kelebihan dan kelemahan salah kelebihan studi kasus adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya, Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.

2.2 Menghitung Validitas Instrumen Non Tes
Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
Penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu langkah kegiatan yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes, maka diharapkan pada saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen yang dipakai untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang ilmiah.
Dengan menggunakan instrument yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitiaan yang valid. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitasnya otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid. Hal ini masih akan dipenggaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data.
Menurut Widoyoko (2009) menyatakan suatu butir instrument dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika skor pada butir mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

dimana :




Sebagai contoh instrument untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan skala 5. Instrumen memiliki 6 butir petanyaan maupun pernyataan. Instrumen tersebut diberikan kepada 10 siswa. Berdasarkan respons siswa diperoleh data sebagai berikut :
Tabel analisis butir untuk perhitungan validitas butir

Misalnya, akan dihitung validitas butir nomor 2, maka skor butir nomor tersebut disebut variabel X dan skor total disebut variabel Y. Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus product moment baik dengan rumus deviasi maupun rumus angka kasar. Berikut ini diberi contoh menghitung validitas butir nomor 2 dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan rumus kasar.
Tabel persiapan untuk perhitungan validitas butir nomor 2

Dimasukkan ke dalam rumus :





Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrument adalah 0,3. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy >0,3), nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,3 (rxy<0,3), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid.
Untuk contoh perhitungan di atas, karena korelasi antara skor butir 2 dengan skor total lebih besar dari 0,3 (0,71 > 0,3), maka dapat dikatakan bahwa nomor butir 2 di atas adalah valid.

2.3 Menghitung Reliabilitas Instrumen Non Tes
Instrumen skor non tes adalah pengukuran yang dalam system skoringnya bukan 1 atau 0 (satu dan nol), tetapi bersifat gradual, yaitu ada perjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah. Hal ini biasanya terdapat pada instrument tes berbentuk uraian, instrument non tes berbentuk angket dengan skala likert dan skala bertingkat (rating scale). Interval skor dapat dimulai 1 sampai 4; 1 sampai 5; maupun 1 sampai 8 dan sebagainya. Untuk instrument non tes ini analisis reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :



dimana :







Sebagai contoh perhitungan berikut ini disajikan table analisis data 5 butir pernyataan atau butir soal dari 10 orang responden sebagai berikut :
Tabel analisis butir untuk perhitungan validitas butir

Untuk memperoleh jumlah varians butir dicari dulu varians setiap butir, kemudian dijumlahkan.







Dimasukkan ke rumus Alpha




Untuk mengetahui apakah instrument tersebutreliabel atau tidak langkah selanjutnya adalah mengonsultasikan dengan harga kritik atau standar reliabilitas. Harga kritik untuk indeks reliabilitas instrument adalah 0,7. Artinya suatu instrument dikatakan reliable jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Kaplan, 1982:106). Dalam contoh kasus di atas instrument dikatakan reliable karena memiliki nilai koefisien Alpha lebih besar dari harga kritik sebagai standar minimal (0,91>0,7). Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha ini selain dilakukan secara manual dapat juga dengan menggunakan computer program SPSS for windows.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.   Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio) dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah, validasi uji coba akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
2.    Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
3.    Instrumen skor non tes adalah pengukuran yang dalam system skoringnya bersifat gradual, yaitu ada perjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah. Interval skor dapat dimulai 1 sampai 4; 1 sampai 5; maupun 1 sampai 8 dan sebagainya. Untuk instrument non tes ini analisis reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha

3.2 Saran
Penelitian yang baik harus menggunakan instrumen yang baik dan valid. Dalam penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu langkah kegiatan yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes, maka diharapkan pada saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen yang dipakai untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Cet III. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar.(2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Cet III. Jakarta : Bumu Aksara.
Kaplan, R.M (1982). Psychological Testing: Principles, Application, and Issue. Monterey: Books/Cole Publishing Company.
Purwanto, M.Ngalim. (2006). Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. Cet 13. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sudijono, Anas.(2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar















No comments:

Post a Comment