Saturday 13 September 2014

PELATIHAN KEPEMIMPINAN KELOMPOK Sebuah studi kasus dalam Desain Instruksional pada buku The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005 karangan Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey

TUGAS INDIVIDU

PELATIHAN KEPEMIMPINAN KELOMPOK
Sebuah studi kasus dalam Desain Instruksional pada buku The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005 karangan Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey








Disusun oleh:

Candra Sihotang
Nim : 8136121004



Dosen  Pengampu :
1.    Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd
2.    Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd
3.    Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd




PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya berupa rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tugas individu yang berjudul “Pelatihan Kepemimpinan Kelompok : Sebuah studi kasus dalam Desain Instruksional pada buku The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005 karangan Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey” sebagai tugas mata kuliah Desain Sistem Instruksional.
    Terima kasih Penulis ucapkan kepada para Dosen Pengampuh mata kuliah serta semua pihak yang telah ikut berpartisipasi secara langsung dan tidak langsung sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
    Penulis menyadari bahwa tugas ini mengandung kekurangan sekalipun telah diupayakan seoptimal mungkin oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang jauh lebih baik.
    Semoga kesimpulan dari buku  The Systematic Design of Instruction ini memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya.


Medan,    Mei 2014


Candra Sihotang











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR    ……………………………………………………………    i
DAFTAR ISI    ………………………………………………………………………    ii
I.     PENDAHULUAN    …………………………..……………………………    1
II.       MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL    …………………………….    4
III.     MELAKUKAN ANALISIS TUJUAN    …………………………………….    10
IV.    MELAKUKAN ANALISIS KETERAMPILAN BAWAHAN
    DAN BATAS PERILAKU    …………………………………………………    14
V.     MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN    ……………..    19
VI.     MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL    ………………………..    21
VII.     MENGEMBANGKAN INSTRUMENT PENILAIAN     ………………….    23
VIII.     MENGEMBANGKAN SIASAT PEMBELAJARAN    ……………………    26
IX.     MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL
    PEMBELAJARAN    ……………………………………………………..    29
DAFTAR PUSTAKA    ……………..………………………………………………    31







PELATIHAN KEPEMIMPINAN KELOMPOK
Sebuah studi kasus dalam Desain Instruksional pada buku The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005 karangan Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey

I. PENDAHULUAN
Model Dick – Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan.
Model Dick – Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005. Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut. Langkahnya ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini :
Identity Instructional Goal(s)
Conduct Instructional analysis
Analyze Learners and Contexts
Write Performance Objectives
Revise Instruc tion
Develop Assess ment Instruments
Develop Instructional Strategy
Develop and Select Instructional Materials
Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction
Design And Conduct Summative Evaluation










Berikut adalah langkah pengembangan desain Instruksional menurut dick dan carey :
1.   Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
    Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru.
2.   Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).
    Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.
3.   Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts).
    Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi Instruksional.
4.    Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives).
    Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
5.    Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).
    Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
6.    Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy).
    Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
7.   Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).
    Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi.
8.     Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
    Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.
9.    Revisi Instruksional (Revise Instruction).
    Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
10.   Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).
    Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.

Studi Kasus : Pelatihan Kepemimpinan Kelompok
Dalam buku The Systematic Design of Instruction terdapat studi kasus yaitu pelatihan kepemimpinan kelompok. Contoh studi kasus ini akan membantu dalam pemahaman proses identifikasi ataupun langkah-langkah desain pembelajaran berdasarkan Dick and Carey. Studi kasus telah dimasukkan diakhir setiap bab dari teks antara bagian Contoh dan bagian Ringkasan. Pelatihan pemimpin kelompok yang efektif adalah masalah umum dalam konteks mulai dari organisasi relawan masyarakat untuk bisnis, industri, militer, pemerintah, dan pendidikan. Terlepas dari konteksnya, tindakan yang tergantung pada proses kelompok produktif membutuhkan kepemimpinan kelompok yang efektif. Pengaturan untuk studi kasus kita adalah konteks relawan masyarakat dimana kebutuhan ditemukan untuk mempersiapkan pemimpin kelompok Pengaman Lingkungan Kejahatan. Paragraf berikut akan menjelaskan keputusan perencanaan didasarkan pada penilaian kebutuhan, tujuan instruksional, informasi untuk mengklarifikasi tujuan instruksional, dan kriteria untuk menetapkan instruksional.

II.   MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL
    (Conducting Front End Analysis To Identify Instructional Goal)
Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis,  Need Assessment, Job Analysis,  Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new instruction.
1.   Analisis Kinerja (Performance Analysis)
    Performance Analysis (Analisa Unjuk Kerja) adalah sebuah analisa tentang kemampuan unjuk yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya.
2.   Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)
    Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan kenyataan. Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan.
3.    Analisis Pekerjaan (Job Analysis)
    Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang memerlukan solusi dengan menggunakan Instruksional.
4.    Memperjelas Tujuan Instruksional (Clarifying Instructional Goals)
    Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata “menghargai”, “memiliki kesadaran dan seterusnya. Pada kontek ini perancang harus melakukan beberapa prosedur untuk memperjelas tujuan yang samar tadi.
5.    Pembelajar, Lingkungan dan Alat  (Learner, Context and Tools)
    Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Instruksional adalah deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia.
6.    Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Instruksional (Criteria for Establishing Instructional Goals)
Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis.

Studi Kasus : Kelompok Pelatihan Kepemimpinan
Dalam buku The Systematic Design of Instruction terdapat studi kasus yaitu pelatihan kepemimpinan kelompok. Contoh studi kasus ini akan membantu dalam pemahaman proses identifikasi ataupun langkah-langkah desain pembelajaran berdasarkan Dick and Carey. Studi kasus telah dimasukkan diakhir setiap bab dari teks antara bagian Contoh dan bagian Ringkasan. Pelatihan pemimpin kelompok yang efektif adalah masalah umum dalam konteks mulai dari organisasi relawan masyarakat untuk bisnis, industri, militer, pemerintah, dan pendidikan. Terlepas dari konteksnya, tindakan yang tergantung pada proses kelompok produktif membutuhkan kepemimpinan kelompok yang efektif. Pengaturan untuk studi kasus kita adalah konteks relawan masyarakat dimana kebutuhan ditemukan untuk mempersiapkan pemimpin kelompok Pengaman Lingkungan Kejahatan. Paragraf berikut akan menjelaskan keputusan perencanaan didasarkan pada penilaian kebutuhan, tujuan instruksional, informasi untuk mengklarifikasi tujuan instruksional, dan kriteria untuk menetapkan instruksional.

Performance Analysis (Analisis Kinerja)
Langkah pertama dari bagan desain instruksional Dick and Carey adalah Identify Instructional Goal. Dalam mengidentifikan tujuan instruksional perlu melakukan analisis kinerja (Performance Analysis). Berdasarkan kasus pada pelatihan pemimpin diskusi kelompok yang menjadi analisis kinerjanya yaitu masalah kesadaran yang berkembang dengan meningkatnya tingkat kejahatan lingkungan, maka sebuah gugus yang dibentuk oleh departemen negara penegak hukum untuk melakukan analisis kinerja terhadap seluruh negara bagian yang luas dari lingkungan kepolisian. Dalam perjalanan analisisnya, gugus tugas mendokumentasikan perbedaan yang signifikan antara tingkat keamanan yang ideal dan tingkat pelayanan aktual kepolisian yang ada di kota dan kabupaten departemen lokal.
Setelah analisis mendalam tentang sumber daya yang tersedia untuk departemen polisi setempat dan kendala di mana mereka beroperasi, salah satu solusi yang mungkin disarankan untuk meningkatkan pelayanan lingkungan kepolisian meningkat dukungan untuk Neighborhood Crime Watch (NCW) organisasi. Itu tercatat bahwa di seluruh Amerika Serikat dan di Inggris, masyarakat NCW aktif didukung efektivitas polisi setempat, meningkatkan komunikasi masyarakat-polisi, dan mengurangi jumlah kejahatan yang dilakukan di dalam lingkungan mereka. Panel mempelajarinya untuk menemukan cara untuk membantu lingkungan yang lebih baik membantu diri mereka sendiri dan ditargetkan Asosiasi Neighborhood Crime Watch sebagai organisasi layak dukungan lebih lanjut.

 Need Assessment (Penilaian Kebutuhan)
Menurut Dick & carey (2005) menyatakan ada 3 komponen logika dari asesmen kebutuhan, yaitu: 1). Tidak dapat dipungkiri bahwa standar kompetensi atau tujuan pembelajaran akan mengarah pada keadaan yang diinginkan ; 2). Komponen kedua menentukan keadaan saat ini yang ada pada pelaksanaan standar kompetensi atau tujuan pembelajaran; 3). Komponen ketiga adalah identifikasi antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada saat ini. Hal inilah yang dapat disimpulkan dalam sebuah persamaan yaitu, keadaan yang diinginkan dikurang dengan keadaan saat ini sama dengan kebutuhan.

Dalam Studi kasus ini untuk melakukan studi penilaian kebutuhan untuk organisasi NCW menentukan bagaimana untuk meningkatkan organisasi NCW dalam suatu daerah dan meningkatkan efektivitas organisasi ofexisting. Panel ini menyimpulkan bahwa (1) pemimpin NCW adalah orang kunci dalam menentukan efektivitas kelompok NCW, (2) pemimpin kelompok yang paling efektif telah berkembang dengan baik keterampilan kepemimpinan diskusi kelompok, dan (3) ada defisit kronis pemimpin NCW efektif.
Negara, atas rekomendasi dari dua gugus, memutuskan untuk mensponsori hibah untuk mengembangkan pelatihan bagi relawan pemimpin NCW di seluruh negara bagian dengan fokus pada kelompok keterampilan kepemimpinan diskusi, dan materi pelatihan yang diberikan kepada semua kabupaten dalam negara. Dukungan juga akan diberikan kepada staf pusat sektor penataran lokal siapa yang akan merekrut, mengelola, dan memberikan instruksi. Tunjangan pelatihan diberikan kepada dua puluh pemimpin NCW per kabupaten untuk masing-masing dari Negara.

Apa tujuan instruksional?
Dalam hal ini, tujuan instruksional adalah bagi para pemimpin NCW untuk menunjukkan keterampilan kepemimpinan diskusi kelompok efektif dalam pertemuan lingkungan. Diskusi ini harus difokuskan pada mendorong tetangga untuk menghadiri pertemuan, membantu mereka mengidentifikasi masalah kejahatan dalam komunitas mereka, dan program perencanaan untuk membantu mengurangi masalah diidentifikasi.

Apa hubungan antara tujuan dan studi penilaian kebutuhan?
Tujuan instruksional secara langsung terkait dengan studi penilaian kebutuhan penegakan hukum dan gugus tugas rekomendasi tentang kepemimpinan NCW yang efektif di tingkat masyarakat. lt juga berhubungan langsung dengan bukti bahwa kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif sangat berkorelasi dengan kelompok NCW aktif

Apakah instruksi tampaknya menjadi cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan?
Mengembangkan keterampilan kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif adalah berhubungan langsung dengan pengajaran dan praktek, dan kompetensi ini tidak mungkin untuk dikembangkan melalui program insentif bagi relawan masyarakat.



Siapa saja peserta didik?
Para peserta didik relawan masyarakat yang telah setuju untuk memberikan kepemimpinan untuk komunitas mereka organisasi NCW. Mereka telah mencapai berbagai tingkat pendidikan, mulai dari ijazah sekolah tinggi untuk gelar sarjana maju, dan mereka telah mengembangkan berbagai keterampilan kepemimpinan kelompok, melalui masyarakat dan gereja organisasi, keanggotaan dalam tim berkualitas di tempat kerja, atau pekerjaan formal sebagai pemilik perusahaan, kursi departemen, manajer , atau pengawas. Sebagian besar akan tidak memiliki instruksi formal dalam kepemimpinan kelompok kecil. Mereka adalah wakil dari warga yang tinggal di seluruh negara yang memilih untuk terlibat dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga dan komunitas mereka.

Dalam konteks apa yang akan keterampilan akan digunakan?
Pemimpin NCW akan menggunakan keterampilan diskusi kelompok mereka dalam perencanaan untuk pertemuan lingkungan NCW dan dalam memberikan kepemimpinan untuk diskusi yang terjadi selama pertemuan. Pertemuan-pertemuan ini dapat terjadi di rumah anggota atau di pusat-pusat komunitas di dalam lingkungan.

Apa alat yang tersedia untuk membantu kinerja peserta didik dalam konteks yang sebenarnya?
Tidak ada alat formal yang tersedia untuk para pemimpin. Mereka memiliki akses ke polisi lingkungan, pencegahan kejahatan experts_with departemen kepolisian, dan nasional, negara bagian, dan statistik kejahatan lingkungan-tingkat lokal. Buku yang tersedia yang menggambarkan kelompok NCW, program, dan kegiatan. Ada, bagaimanapun, tidak ada dukungan formal untuk mengembangkan lebih lanjut dan keterampilan kepemimpinan kelompok diskusi penyulingan selain latihan, latihan, latihan

Kriteria untuk Membentuk Instructional Goals.
Desainer instruksional dapat menggunakan kriteria tertentu untuk membantu memastikan bahwa tujuan-tujuan instruksional menjamin biaya dan usaha merancang, mengembangkan, dan instruksi pengujian lapangan. Tujuan pembelajaran kepemimpinan kelompok diperiksa dalam paragraf berikut dengan menggunakan kriteria ini.
Apakah tujuan instruksional diterima administrator?
Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga lokal kepolisian, daerah dan negara NCW koordinator asosiasi, dan personil di pusat-pusat kabupaten belajar untuk menentukan persepsi mereka tentang pentingnya untuk dan kelayakan pelatihan. Mereka juga mewawancarai beberapa pemimpin NCW lokal mengenai keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam sesi pelatihan kepemimpinan NCW. Tanggapan positif tentang kemungkinan instruksi yang diterima dari semua responden

Apakah ada sumber daya yang cukup (waktu, uang, tenaga arul) untuk mengembangkan instruksi?
Hibah negara muncul untuk memberikan sumber daya yang cukup untuk tim pengembangan instruksional untuk mengembangkan dan uji lapangan bahan. Resources juga tersedia untuk mendukung pusat pelatihan daerah untuk mengelola dan memberikan instruksi dan bagi trainee untuk menerima instruksi.

Apakah konten yang stabil?
Isi dan keterampilan yang mendasari kepemimpinan diskusi kelompok yang efektif sangat stabil. Pada kenyataannya, jejak 1910 buku John Dewey, Bagaimana Kita Pikirkan, dapat dilihat terjalin dalam teks-teks modern pemecahan masalah diskusi dan kerja sama tim yang produktif dalam bisnis, organisasi pendidikan, pemerintah, layanan, dan rekreasi.

Adalah pembelajar yang tersedia?
Peserta didik yang tersedia untuk berpartisipasi baik dalam pengembangan dan pelaksanaan instruksi. Kebanyakan pemimpin NCW saat ini telah menerima pelatihan kepemimpinan formal dan karena itu akan memberikan feed back baik untuk para desainer efektivitas instruksional. NCW koordinator telah sepakat untuk mengidentifikasi dan menghubungi para pemimpin NCW untuk kegiatan evaluasi formatif. Mereka juga akan menghubungi dan memilih anggota relawan baru dalam wilayah kabupaten yang akan menerima instruksi setiap tahun.
Ini contoh studi kasus menunjukkan bahwa definisi tujuan instruksional dan perbaikan bisa menjadi proses yang kompleks panjang yang menggabungkan banyak orang dalam identifikasi masalah, analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan tujuan instruksional yang jelas. Namun, jika instruksi untuk mengatasi masalah A nyata yang dihadapi oleh suatu organisasi dan mencerminkan tujuan yang sebenarnya, maka proses ini diperlukan.

III. MELAKUKAN ANALISIS TUJUAN
      (Conducting A Goal Analysis)
Pada buku The Systematic Design of Instruction bab 3 Conducting a Goal Analysis membahas tentang :
-    Pengklasifikasian tujuan instruksional berdasarkan domain: Intelektual skill, verbal informasi, psikomotorik skill dan ranah sikap (attitude)
-    Melakukan analisis tujuan untuk mengidentifikasi langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan instrumentional (Dick and Carey, 1987:38).

Analisis Tujuan Instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku yang khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dalam program pembelajaran. Dengan melakukan analisis tujuan instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Menurut Dick & Carey (1987: 39-40), analisis (tujuan ) instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skill) yang diperlukan bagi pebelajar untuk mencapai tujuan Instruksional.
Dapat juga dikatakan, bahwa analisis tujuan instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau dosen untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai atau dilaksanakan oleh peserta didik (mahasiswa) dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas pokok.
Dari definisi tersebut, sesungguhnya “sub ordinate skill” akan memberikan transfer yang positif untuk mempelajari ketrampilan yang lebih tinggi. Oleh karenanya yang perlu diperhatikan adalah kemampuan apa yang harus diajarkan, agar peserta didik (mahasiswa) dapat mencapai tujuan intruksional secara efisien.
Dengan melakukan analisis tujuan instruksional akan dihasilkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalur yang singkat yang harus dilalui mahasiswa untuk mencapai tujuan dengan baik.

Dick dan Carey (1987), mengemukakan 4 (empat) klasifikasi dalam menganalisis tujuan instruksional (a Goal Analysis) adalah: Intellectual Skill (ketrampilan intelektual), Verbal Information (pemahaman informasi), Psychomotor Skill (ketrampilan psikomotorik), dan Attitude (sikap). Penjelasannya sebagai berikut :
ü    Intellectual skill meliputi forming concept (pembentukan konsep), applying rules (penerapan pola) dan problem solving (penyelesaian masalah). Contoh perumusan indikator intellectual skill yaitu perumusan masalah dari yang sederhana, kemudian dapat menerapan pola pada penyelesaian masalah oleh pembelajar.
ü    Verbal Information adalah kemampuan menangkap persoalan, sehingga indikator dalam verbal information menggambarkan kemampuan peserta didik apa yang telah dipelajari. Contoh pembelajar diarahkan untuk dapat memiliki kemampuan menangkap informasi dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus.
ü    Psychomotor skill adalah kemampuan yang dirumuskan dalam bentuk tindakan untuk mencapai hasil tertentu, maka dalam rumusan indikator secara spesifik menjelaskan tindakan prilaku pembelajar dalam situasi dan bentuk yang konkrit. Contoh pembelajar diarahkan untuk memiliki keterampilan dan dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
ü    Attitude merupakan tahapan dalam menentukan apakah pembelajar memiliki kemampuan untuk memilih alternatif-alternatif yang dihadapi. Dengan demikian tahapan ini memerlukan jangka waktu yang panjang akan tetapi evaluasi dilakukan dalam jangka pendek.
Siasat Kognitif
Siasat kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah, ancangan untuk memecahkan masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan berada lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada siasat kognitif kita sudah menggunakan keterampilan intelek untuk mencari cara dalam memecahkan masalah.
Prosedur Menganalisis Tujuan
Prosedur menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pebelajar saat mewujudkan tujuan Instruksional. Setiap langkah ini dinyatakan dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada diagram alur di bawah ini:
Seorang pebelajar yang ingin menguasai tujuan Instruksional harus mengerjakan langkah-langkah tersebut. Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah melakukan langkah 5, proses akan lengkap, dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai demonstrasi kinerja tujuan.

Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada langkah 3, maka langkah 3 ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh karenanya pada kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.

Dalam rangka menganalisis tujuan Instruksional tidak semudah yang dibayangkan, kadang kita sulit sekali mendefinisikan langkah-langkah pencapaian tujuan. Namun secara umum langkah itu minimal 3 atau 5 dan paling banyak 15 langkah. Jika kurang dari 3 maka perlu dianalisa ulang dan jika lebih dari 15 juga perlu dianalisa ulang mungkin terlalu detil.


Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus sebagai tanda arus balik/revisi. Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian bawah.

Pada studi kasus dalam bab 3 membahas tujuan instruksional pada Gambar 3.7: Menunjukkan keterampilan kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif. Ini adalah tujuan yang diidentifikasi dalam bagian Studi Kasus Bab 2 dan sekarang dianalisis tujuan dalam bab ini. Tujuannya diklasifikasikan sebagai keterampilan intelektual karena memerlukan konsep pembelajaran dan aturan serta pemecahan masalah. Tujuh langkah diidentifikasi untuk melakukan tujuan ini dan urutan yang direncanakan termasuk dalam Gambar 3.7. Ada tugas langkah alami dari kiri ke kanan karena produk yang dikembangkan di setiap langkah menjadi masukan untuk yang berikutnya. Langkah demi langkah penjelasan tujuan instruksional umum akan membuat kegiatan analisis instruksional selanjutnya jauh lebih mudah.
Mengelola garis pemikiran

Untuk studi kasus Pelatihan Pemimpin Group berikut analisis tujuan istruksional umum berdasarkan domain intelektual skill :
Gambar 3.7
Merumuskan ringkasan diskusi

Memperkenalkan tugas

Membentuk kelompok komvene

Mengatur Agenda Kegiatan

Persiapan untuk diskusi




Mengelola interaksi kelompok grup







Tujuan Instruksionalnya adalah : Menunjukkan kemampuan kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif.
IV.    MELAKUKAN ANALISIS KETERAMPILAN BAWAHAN DAN BATAS PERILAKU
    (Identifying Subordinate Skill And Entry Behavior)
Analisis Keterampilan Bawahan adalah sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai pada keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry behaviors.
Langkah utama adalah langkah-langkah keterampilan yang diperlukan oleh pembelajar untuk dapat menguasai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan adalah keterampilan yang secara sendiri mungkin tidak penting tetapi secara keseluruhan sebagai merupakan keterampilan-keterampilan yang secara berurutan untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi atau keterampilan super-ordinat. Garis perilaku masukan (entry behavior) adalah garis yang menjadi batas antara keterampilan yang akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh pebelajar sebelum melakukan pembelajaran.
Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan. Nomor urut pada kotak merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Instruksional. Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan. Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa tujuan. . Analisa keterampilan bawahan ini akan dibahas berikut.
a. Analisis Hierarki
Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh keterampilan-keterampilan bawahan yang mendukung tercapainya tujuan.. Kemudian keterampilan-keterampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat.
Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki.
Setelah anda merasa puas sudah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk dapat menguasai tujuan Instruksional anda, anda kemudian memeriksa hasil analisa anda, dan membeberkannya dalam satu peta analisa.
Dalam mendiagramkan analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut:
1)    Tujuan akhir Instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki.
2)      Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya.
3)   Keterampilan-keterampilan informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis-garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya.
4)   Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke tujuan akhir.
5)   Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata benda.
6)   Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala macam. Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar.
Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Instruksional. Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang diperlukan oleh pebelajar-pebelajar anda. Ini akan memungkinkan anda menentukan apakah anda sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.



b. Analisis Prosedural
Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas. Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah ibawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah

Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Instruksional. Langkah 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1,  4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah langkah hierarkis dari langkah 4.2.  Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam analisa prosedural disusun sejajar dimulai dari sebelah kanan sebagai keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.

c. Analisis Rumpun
Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra

Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.
Pada Studi Kasus Pelatihan Kepemimpinan Grup pelatihan kepemimpinan bagi para pemimpin kelompok Neighborhood Crime Watch (NCW), akan menggambarkan analisis subskills untuk kedua keterampilan intelektual dan informasi verbal sebagai berikut :

Analisis hirarkis dari Keterampilan Intelektual
Tujuan instruksional
Menunjukkan keterampilan kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif . Pendekatan hirarkis dipilih untuk melanjutkan analisis instruksional langkah 6 dari analisis tujuan yang ditunjukkan pada Gambar 3.7 . Tiga tindakan pemimpin diskusi utama diidentifikasi sebagai behavior  yang akan membantu dalam mengelola interaksi kelompok koperasi . Perilaku ini melahirkan perilaku anggota koperasi , menjinakkan perilaku memblokir , dan mengurangi stres kelompok selama pertemuan . Ketiga tindakan diilustrasikan dan diurutkan dalam diagram berikut . Karena mereka tidak hirarkis terkait , ada beberapa atitude dalam cara mereka yang diurutkan . Melahirkan tindakan kooperatif terdaftar pertama karena ini adalah yang paling lurus ke depan dan positif dari tiga tindakan . Menjinakkan memblokir perilaku terdaftar kedua karena acomplement untuk tindakan positif , dan mengurangi stres kelompok terdaftar terakhir. Dalam keterampilan superordinat , skill 6 , pelajar akan mengintegrasikan penggunaan tiga keterampilan bawahan untuk mengelola interaksi kelompok koperasi .


Analisis Cluster Untuk informasi Verbal Keterampilan Bawahan
Tujuan Instruksional Menunjukkan keterampilan kepemimpinan kelompok diskusi yang efektif . Bawahan tindakan anggota Keterampilan Nama yang memfasilitasi interaksi kooperatif dan tindakan anggota nama yang memblokir atau menghambat interaksi koperasi . Meskipun beberapa tujuan instruksional adalah tugas informasi verbal, lebih sering kita perlu untuk melakukan analisis informasi keterampilan bawahan lisan yang tertanam dalam sebuah hirarki keterampilan intelektual . Gambar 4.12 berisi analisis klaster untuk dua dari informasi verbal bawahan tugas keterampilan dalam mengelola Analisis diskusi kelompok koperasi digambarkan pada Gambar 4.11 . Informasi verbal untuk subskill tindakan 6.1 , anggota nama yang memfasilitasi interaksi kooperatif , dan subskill 6.6 , tindakan anggota nama yang memblokir atau menghambat interaksi koperasi , termasuk . Tugas 6.1 berisi satu cluster informasi : tindakan spontan ketika memperkenalkan dan bereaksi terhadap ide-ide baru. Tugas 6.6 berisi dua kelompok informasi : spontan, tindakan yang tidak direncanakan dan terencana, tindakan tujuan. Masing-masing dari tiga cluster memiliki kolom tersendiri pada Gambar 4.l2.

Identifikasi Batas Perilaku
Berikutnya mempertimbangkan analisis instruksional hirarkis dalam diskusi kelompok terkemuka di Gambar 4.11. Tugas mana yang Anda percaya harus diberi label sebagai perilaku entri untuk para pemimpin Neighborhood Crime Watch? Untuk kelompok yang sangat heterogen ini , kami label dua keterampilan sebagai perilaku masuk dalam Gambar 4.13. Misalkan populasi target yang bukan lulusan perguruan tinggi yang memiliki pelatihan sebelumnya dalam keterampilan diskusi kelompok dan beberapa tahun pengalaman menjabat sebagai kursi untuk berbagai komite di tempat kerja dan di masyarakat . Untuk kelompok ini , semua kemampuan di bawah 6,5 , 6,10 , dan 6,15 akan mungkin bisa diklasifikasikan sebagai perilaku entri . Instruksi untuk kelompok ini bisa fokus pada berlatih tiga keterampilan kepemimpinan ini dalam kelompok interaktif dengan umpan balik rinci tentang tindakan manajemen verbal dan nonverbal mereka selama pertemuan .

V. MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN
   (Analyzing Learners And Contexs)
Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara Instruksional dengan kemampuan pebelajar, dengan lingkungan tempat belajar dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan keterampilan. Oleh karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan diajarkan, tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di mana belajar akan dilakukan, dan konteks di mana keterampilan pada akhirnya akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan analisis konteks.
Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan, yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis konteks learning. Dalam studi kasus Pelatihan Kepemimpinan Kelompok tiga analisis tersebut sebagai berikut :
1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner)
Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4). Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian Instruksional, dan (8). Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi tersebut.
Tabel 5.4 berisi contoh analisis pembelajar bagi para pemimpin Neighborhood Crime Watch baru. Kolom pertama dari nama tabel kategori informasi dipertimbangkan, nama kolom kedua sumber data untuk memperoleh informasi, dan kolom ketiga berisi informasi khusus untuk para pemimpin NCW saat mereka memasuki instruksi kepemimpinan kelompok. Perhatikan, saat Anda membaca kategori, bagaimana Anda mulai membentuk gambar sekelompok pemimpin NCW.

2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)
Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan pebelajar dimana  akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.
Sebuah analisis konteks kinerja dapat dilihat pada Tabel 5.5. Sekali lagi, kategori informasi yang tercantum dalam kolom 1, sumber data yang termasuk dalam kolom 2, dan karakteristik tapak kinerja dijelaskan dalam kolom 3. Mengumpulkan informasi seperti tentang arena di mana para pemimpin NCW bekerja akan membantu desainer dalam memilih strategi instruksional terbaik untuk menggunakan untuk memaksimalkan transfer keterampilan untuk situs kinerja. Dalam kasus ini, para pemimpin akan bekerja di arena pengumpulan informasi publik, menyelenggarakan pertemuan dan progratns, dan melakukan.
3. Analisis Konteks Pembelajaran (Analysis of Learning Environment)
Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang klien. Bagaimana seharusnya di sini dapat berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber yang cukup mendukung instruksi yang diinginkan.
Tabel 5.6 berisi analisis konteks pembelajaran untuk tujuan instruksional kepemimpinan kelompok. Daftar kategori informasi muncul di kolom pertama, sumber data dalam oolumn kedua, dan belajar karakteristik oontext di kolom ketiga. Dari informasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tim desain memiliki situasi pembelajaran yang sangat baik. Pentingnya masalah kejahatan lingkungan dan politik! prioritas sosial saat melekat padanya telah menciptakan sumber daya keuangan dan profesional, fasilitas, peralatan, dan personil untuk menyediakan produk instruksional kualitas dan sesi pelatihan. Keterbatasan hanya jelas ditempatkan pada desainer adalah yang berkaitan dengan menyeimbangkan efisiensi belajar dan efektivitas biaya. Untuk dukungan pembelajaran tambahan dan contoh kurikulum sekolah menganalisis peserta didik dan konteks, pastikan untuk pergi ke materi situs Manajemen Kursus Bab 5.

VI. MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
      (Writing Performance Objectives)
Tujuan Performansi adalah sebuah gambaran detail tentang apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar setelah menyelesaikan pembelajaran. Titik pertama mengacu pada 3 istilah yang sering digunakan ketika mendeskripsikan performance pebelajar. Robert Mager 1975 pertama kali mengunakan istilah behavioral objectives , performance objectives dan instructional objectives.  Anda seharusnya tidak memiliki pengertian yang keliru mengenai instructional objectives. Instructional objectives menggambarkan jenis pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh pebelajar.
Performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis intruksional. Satu atau lebih objective seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan objektif tersebut di indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar pengembangan tes item untuk menentukan apakah pelajar memilki entry behavior seperti yang telah kita asumsikan.
Tiga komponen utama dalam performan abjective, yaitu : kemampuan yang diukur, kondisi yang menjadi syarat, dan kriteria penilaian.
1).     Derivations of Behaviors (Prilaku)
    Dalam penyusunan tujuan  diperlukan  kata kerja operasional yang terukur  dari masing masing ranah ( Kognitif, psikomotor, dan afektif). Penulisan tujuan ini harus  mampu mengungkapkan  jenis perilaku  yang dirumuskan melalui proses identifikasi dalam analisis  instruksional. Tujuan performansi yang berhubungan dengan keterampilan psikomotorik dapat dilakukan  dengan memilih kata kerja yang  dinyatakan dalam  bentuk perilaku (misalnya, berlari, melompat,  menari , atau mengemudi). Ketika tujuan melibatkan aspek sikap, pelajar biasanya diharapkan untuk memilih alternatif tertentu. Di sisi lain, hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara berbagai kegiatan.
2).     Derivations of Conditions (Kondisi)
    Komponen kedua dari tujuan menetapkan kondisi-kondisi tertentu yang menjadi bagian dari tujuan tersebut. Kondisi mengacu pada lingkungan dan sumber-sumber yang tersedia pada saat tujuan ditetapkan. Dalam pemilihan kondisi yang tepat mempertimbangkan baik perilaku yang di capai maupun karakteristik populasi target anda juga membedakan fungsi-fungsi dari kondisi tersebut.
3).     Derivations of Criteria
    Bagian akhir dari objektif adalah kriteria dalam memutuskan keterampilan performance yang dapat diterima. dalam menetapkan kriteria yang logis, anda harus mempertimbangkan tugas yang dilaksanakan. Beberapa tugas intelectual skill dan verbal information hanya mempunyai satu respon yang dianggap benar. Beberapa tugas intelectual skill dan verbal information tidak menghasilkan jawaban tunggal dan respon siswa yang bervariasi.

Dalam studi kasus Pelatihan Kepemimpinan Kelompok Performance objectivenya meliputi informasi verbal dan keterampilan intelektual . Tujuan yang dipilih termasuk di sini, tapi proses lengkap akan mencakup satu atau lebih tujuan untuk masing-masing subskills yang diidentifikasi dalam analisis instruksional. Untuk membantu review pada contoh, kondisi yang disorot menggunakan huruf CN, perilaku diidentifikasi dengan B, dan kriteria ditunjukkan menggunakan huruf CR. Anda tidak akan mencakup surat-surat tersebut dalam tujuan Anda sendiri. Sebuah diskusi singkat berikut setiap set contoh untuk menunjukkan fitur penting dari tujuan.

Informasi Verbal dan Keterampilan Intelektual
Informasi verbal pada Tabel 6.5 dan keterampilan intelektual dalam Tabel 6.4
dan 6,5 diambil dari Gambar 4.11, yang menggambarkan analisis instruksional untuk tujuan instruksional "Memimpin diskusi kelompok yang bertujuan untuk memecahkan masalah."
Tabel 6.4 mencakup tujuan instruksional dan tujuan terminal untuk per kinerja dan konteks instruksional. Tabel 6.5 berisi tujuan untuk sample keterampilan intelektual  bawahan dan tugas informasi verbal digambarkan dalam Gambar 4.11
Informasi Verbal Pada contoh tujuan informasi verbal pada Tabel 6.5, melihat bahwa kondisi menentukan istilah kunci yang harus digunakan dalam item tes untuk pelajar . Misalnya, dalam tujuan bawahan 6.1.1 dan 6.1.2 untuk keterampilan  6.1, istilah kunci diresepkan adalah tindakan anggota kelompok koperasi dan apa anggota harus lakukan ketika ide-ide mereka dipertanyakan. kunci ini istilah akan berfungsi sebagai isyarat pelajar akan menggunakan untuk mencari informasi terkait yang disimpan dalam memori. Meskipun ada banyak cara yang berbeda yang sesuai item tes bisa diformat (misalnya, pertanyaan seperti lengkap atau pernyataan sesingkat), kunci istilah harus disampaikan kepada peserta didik. Perhatikan bahwa cara di mana kunci istilah akan disajikan kepada peserta didik dibuat jelas, secara tertulis. Perhatikan juga, bahwa perilaku yang digunakan dalam subskill dan tujuan arethe sama. Bahkan dalam kasus-kasus ketika mereka tidak persis sama , perilaku yang digunakan harus mencerminkan orang-orang yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan keterampilan yang sama rahasia (misalnya, nama dibandingkan list). Akhirnya,  kriteria di masing-masing tujuan . Karena jumlah tindakan oleh Tabel 6.4 Tujuan Instruksional Sample dengan Konteks Kinerja, dan Terminal Tujuan dengan Leaming Konteks untuk Memimpin Diskusi Kelompok Bertujuan untuk Menyelesaikan Masalah.

VII. MENGEMBANGKAN INSTRUMENT PENILAIAN
       (Developing Assessment Instruments)
Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena tes harus sesuai dengan tujuan performance. Performance yang ingin dicapai dalam tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin dicapai dalam tes atau penugasan. Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas performance yang langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan performance.
Ada empat tipe tes yang dapat digunakan.
a.     Entry behaviors test
    Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengukur  ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah garis entry behavior.
b.     Pretest
    Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua ketrampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan.
    Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah pebelajar siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest desainer dapat memutuskan apakah pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pebelajar.
c.     Practice test
    Tujuan tes ini adalah untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan ketrampilan baru dan untuk refleksi diri sampai level berapa ketrampilan dan pengetahuan mereka. Tes ini berisi ketrampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus pada materi per pertemuan daripada per unit. Hasil tes ini digunakan instruktur untuk memberikan feedback dan untuk memonitor pembelajaran.
d.    Posttest
    Tes ini paralel dengan pretes. Sama dengan pretes, posttest mengukur tujuan pembelajaran. Postest harus menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif terakhir. Namun jika waktu tidak memungkinkan, maka hanya tujuan akhir dan ketrampilan penting saja yang diujikan.
    Postest mungkin digunakan untuk menilai performance pebelajar dan untuk memberi kredit karena telah menyelesaikan program. Tujuan yang terutama dari tes ini adalah agar desainer dapat mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Jika pebelajar gagal dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mana tidak dimengerti oleh siswa.

Dalam studi kasus  Pelatihan Kepemimpinan Kelompok telah mengidentifikasi tujuan, menyelesaikan analisis tujuan, analisis subskills, analisis peserta didik dan konteks, dan tujuan kinerja tertulis. Dalam contoh berikut kita menunjukkan bagaimana item tes akan ditulis untuk beberapa tujuan, dan kemudian mengevaluasi pekerjaan.

Uji Produk untuk Informasi Verbal dan Keterampilan Intelektual
Tujuan kinerja dari Tabel 6.5 (Instructional gol, "diskusi kelompok Timbal bertujuan untuk memecahkan masalah" Langkah 6, "Mengelola interaksi kelompok koperasi ") yang berulang pada Tabel 7.8. Karena keterbatasan ruang, hanya tujuan 6.1.1 melalui 6.5.1 disertakan. Sebuah item tes atau mengatur item digambarkan untuk masing-masing tujuan. Ketika memeriksa item tes, pertama melihat kesesuaian antara tujuan kinerja dan item relatif terhadap kondisi obyektif, perilaku, dan kriteria. Perhatikan bahwa istilah kunci disorot dalam item untuk mengarahkan perhatian peserta didik. Kedua, memeriksa barang-barang atas kesesuaian bagi para pemimpin NCW yang dijelaskan dalam Bab 5. Ketiga, memeriksa item untuk kesesuaian di lokasi pembelajaran dan kinerja yang dijelaskan dalam Bab 5. Bagian terakhir mampu 7.8 berisi situs pembelajaran dan penilaian kinerja untuk situs utama langkah 6 untuk membantu penilaian untuk kriteria ini. pada titik posttest, peserta didik akan diamati saat mereka memimpin diskusi kelompok dan evaluator akan menggunakan bentuk observasi untuk mencatat perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin di setiap situs dan penghitungan frekuensi yang sama terjadi. Akhirnya, memeriksa barang-barang untuk kejelasan umum mereka. Perhatikan perbedaan dalam kompleksitas kinerja antara informasi dan keterampilan intelektual lisan item.

Bahan untuk Mengevaluasi Desain
Setelah menyelesaikan item tes untuk tujuan kinerja Anda, sekarang saatnya untuk mengevaluasi kesesuaian antara unsur-unsur dalam proses desain. Ketiga produk yang Anda harus mengevaluasi adalah keterampilan utama dan keterampilan bawahan dalam analisis instruksional, tujuan kinerja berdasarkan keterampilan, dan item tes berdasarkan tujuan. Tabel 7.9 berisi diagram evaluasi desain parsial untuk tujuan instruksional pada diskusi kelompok terkemuka. Kolom pertama berisi keterampilan bawahan dipilih untuk langkah 6, "Mengelola interaksi kelompok koperasi," kolom kedua berisi tujuan perforinance untuk keterampilan yang dipilih , dan kolom ketiga meliputi item tes cocok untuk masing-masing tujuan. Selain grafik, Anda harus memiliki salinan dari analisis anda gawang (Gambar 4.11), karakteristik peserta didik (Tabel 5.4), karakteristik perforrnance - situs (Tabel 5.5, dan karakteristik belajar - situs (Tabel 5.6).

VIII. MENGEMBANGKAN SIASAT PEMBELAJARAN
        (Develop Instructional Strategy)
Dalam siasat pengajaran ada lima komponen utama:
1. Kegiatan pra instruksional ( pendahuluan )
a.    Perhatian dan Motivasi Pebelajar
b.    Menjelaskan Tujuan
c.    Menjelaskan dan Memastikan Pengetahuan PraSyarat
2. Isi presentasi / Penyajian Informasi
a.    Uraian Materi
b.    Contoh
3. Partisipasi pebelajar
a.    Praktek
b.    Umpan Balikan
4. Penilaian (assessment);
a.    Tes Perilaku Masukan
b.    PreTest
c.    PosTest
5. Kegiatan Tindak lanjut
a.    Remediasi (review)
b.    Pengayaan

Adapun uraian dari kelima komponen tersebut sebagai berikut :
1.    Kegiatan pra instruksional (pendahuluan) ; sebelum memulai pembelajaran formal anda harus mempertimbangkan 3 faktor yaitu: motivasi pembelajar, menginformasikan apa yang akan harus mereka pelajari, memastikan bahwa mereka sudah mempunyai pengetahuan prasyarat sebelum memulai pembelajaran
2.    Isi presentasi/ penyajian materi; disini anda harus menentukan dengan tepat informasi konsep aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu diberikan pada pembelajar. Ini merupakan penjelasan dasar dari unit-unit yang ada di dalamnya. Kesalahan utama yang sering terjadi dalam langkah ini adalah menyampaikan terlalu banyak informasi, khsususnya informasi yang tidak ada hubungannya dengan tujuan. Tidak hanya penting untuk mendefenisikan konsep-konsep baru, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep-konsep tersebut. Anda juga perlu menentukan tipe dan jumlah contoh yang akan diberikan pada setiap konsep.
3.    Partisipasi pebelajar; merupakan pemberian aktivitas yang berhubungan langsung dengan tujuan. Pebelajar harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang diinginkan, dan mampu dilakukan oleh mereka. Pembelajar seharusnya tidak hanya mampu mempraktekkan tetapi mereka juga harus memberi feed back.
4.    Penilaian (assessment); empat kriteria dasar di dalam penilaian sudah digambarkan didalam chapter 7, tes entry behavior, pre test, tes praktek, dan post test. Fungsi utama dari tes tersebut sudah digambarkan, tetapi disini sebagai seorang desainer anda harus memutuskan dengan tepat apa strategi anda. Pertama anda harus tahu bagaimana menggunakan tes praktek, lalu anda harus bisa memutuskan hal-hal berikut ini.
5.    Kegiatan Tindak lanjut adalah kegiatan review keseluruhan dari strategi untuk menentukan apakah memori/materi pembelajaran dan transfer perlu untuk diberikan. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan mengulang kembali analisis konteks kinerja.

Dalam Studi Kasus: Kelompok Pelatihan Kepemimpinan
Lima tahap untuk merencanakan strategi pembelajaran untuk unit instruksi adalah sebagai berikut;
1. Urutan dan tujuan kelompok.
2. Rencanakan preinstructional, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan untuk unit.
3. Rencanakan presentasi konten dan bagian partisipasi siswa untuk masing-masing tujuan atau sekelompok tujuan.
4. Menetapkan tujuan untuk pelajaran dan memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing.
5. Tinjau strategi untuk mengkonsolidasikan Pilihan media dan mengkonfirmasi atau pilih sistem pengiriman.
Dengan contoh-contoh dari studi kasus kepemimpinan kelompok yang telah kita dilakukan di seluruh buku ini. Untuk contoh tambahan, lihat studi kasus kurikulum sekolah dalam bahan dukungan online untuk Bab 8.
Urutan dan Cluster Tujuan
Langkah pertama dalam perencanaan strategi pembelajaran adalah urutan dan kinerja klaster tujuan. The subskills dan tujuan instruksional dari Gambar 4.11, "diskusi kelompok Timbal bertujuan untuk memecahkan masalah," termasuk dalam Tabel 8.3. Empat belas kelompok sasaran diidentifikasi, dan dua jam instruksi direncanakan untuk setiap cluster. Meskipun tidak pecah untuk ilustrasi ini, tujuan untuk langkah utama 1 sampai 4 masing-masing ditugaskan untuk cluster mereka sendiri. Tujuan utama untuk langkah 5, "Mengelola garis pemikiran," dibagi menjadi empat kelompok terpisah. Tujuan untuk keterampilan utama 6, "Mengelola interaksi kelompok koperasi," yang pecah ke dalam kelompok 9 sampai 12. Isi dan sifat dari tujuan di setiap cluster dianalisis untuk memastikan bahwa mereka mewakili seperangkat logis dari keterampilan. Cluster 9 berisi tujuan yang terkait dengan pengakuan dan melahirkan perilaku kooperatif, dan klaster termasuk tujuan untuk recogizing dan menjinakkan perilaku memblokir ofgroup anggota. Penawaran ll Cluster dengan mengenali dan mengurangi stres kelompok. Cluster 12 berfokus pada utama langkah 6, "Mengelola interaksi kelompok koperasi." Dalam cluster ini, tujuan untuk semua keterampilan bawahan akan dibahas bersama-sama. Cluster 13 berisi semua tujuan bawahan utama langkah 7, "Ringkas / menyimpulkan diskusi." Cluster 14 berisi tujuan terminal dari semua tujuh langkah utama dan keterampilan bawahan mereka. Cluster ini mencerminkan menempatkan proses kepemimpinan seluruh bersama-sama. Cluster subskills direncanakan dan jumlah waktu yang diberikan mungkin perlu direvisi ketika Anda terus mengembangkan strategi. Struktur awal ini, bagaimanapun, akan membantu Anda berfokus pada pelajaran bukan pada tujuan individual.
Rencanakan Preinstructional, Pengkajian, dan Ikuti Melalui Kegiatan
Komponen-komponen belajar dari strategi pembelajaran berhubungan dengan pelajaran secara keseluruhan atau pelajaran dan tidak mengacu pada tujuan instruksional individual dalam alesson. Pertama, bagaimana Anda akan merancang actjvities preinstructional? Ingat, area ini berisi tiga bagian yang terpisah; motivasi, tujuan, dan perilaku entri. Tabel 8.6 menunjukkan rencana strategi pembelajaran untuk komponen ini. Perhatikan bahwa informasi yang akan digunakan dalam pelajaran tidak termasuk dalam tabel, tujuan tidak ditulis, dan perilaku entri yang tidak terdaftar. Sebaliknya, apa yang Anda perlu lakukan ketika mengembangkan instruksi dijelaskan secara singkat, bersama dengan catatan tentang pengelompokan siswa dan pemilihan media.
Mari kita fokus sekarang pada penilaian dan tindak lanjut tahapan trategy instruksional untuk tujuan instmctional. Bagaimana Anda akan merencanakan kegiatan ini bagi para pemimpin NCW? Tabel 8.7 mencakup rencana untuk pretcsts, posttests, dan kegiatan followthrough. Sebuah pretest difokuskan langsung pada tujuan yang termasuk dalam setiap sesi V akan diberikan pada awal sesi kecuali untuk kelompok 8, 12, dan 14. Tidak ada pretest akan diberikan dalam sesi ini karena tab Data pretest saya 6 Preinstructional Leaming Komponen untuk Unit Memimpin di Grup 8.6 Diskusi dengan Mahasiswa Pengelompokan dan Media Seleksi.

IX. MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL PEMBELAJARAN
      (Developing And Select Instructional Material)

Sistem Penyampaian dan Pemilihan Material
Pada titik ini dalam proses desain instruksional, sebuah sistem pengiriman ditentukan dan strategi pengajaran telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan pengurutan, komponen pembelajaran, pengelompokan siswa, dan tentatif pilihan media. ada 3 faktor cara pemilihan media yaitu: (1) ketersediaan bahan pembelajaran yang ada, (2) dapat di implementasikan dan diproduksi, (3) memberi kemudahan pada instruktur.

Komponen Paket Pembelajaran
Dengan strategi instruksional selesai di tangan, Anda, pada akhirnya, siap untuk mulai memilih bahan pengajaran yang ada, mengembangkan bahan sendiri, atau menulis spesifikasi untuk orang lain yang akan mengembangkan bahan-bahan. Sebelum Anda mulai Anda harus sadar akan beberapa komponen yang biasanya membentuk suatu paket instruksional, dan perhatikan bahwa dalam istilah paket kami menyertakan semua bentuk cetak dan bahan-bahan ditengahi.

Memilih Material Yang Ada
Langkah selanjutnya mengikuti perkembangan strategi pengajaran adalah untuk menentukan apakah ada bahan yang ada yang sesuai dengan tujuan Anda. Di beberapa daerah konten anda akan menemukan materi yang berlimpah yang tersedia, baik dangkal atau sangat rinci, yang tidak benar-benar diarahkan untuk target populasi di mana Anda tertarik. Di sisi lain, kadang-kadang adalah mungkin untuk mengidentifikasi bahan yang akan melayani setidaknya sebagian dari kebutuhan Anda. Ketika Anda mempertimbangkan biaya pengembangan video atau presentasi multimedia, itu jelas sepadan dengan upaya untuk menghabiskan beberapa jam meneliti bahan-bahan yang ada untuk menentukan apakah mereka memenuhi kebutuhan anda.
1.    Bahan yang berpusat pada tujuan
2.    Bahan yang berpusat pada pembelajar
3.    Bahan yang berpusat pada konteks

Mengembangkan Material untuk Evaluasi Formatif
Draft kasar Bahan Kita semua tahu apa istilah konsep kasar berarti, karena kita semua menulis draf kasar kertas yang kemudian telah direvisi menjadi bentuk akhir. Konsep kasar berarti tentang hal yang sama ketika diterapkan pada bahan pengajaran, tetapi membawa makna tambahan bahwa produk tersebut dikembangkan di alternatif, sederhana, lebih murah format media.
Tujuan untuk melakukan konsep kasar bahan baku untuk membuat cepat, biaya rendah versi desain Anda, sehingga Anda akan memiliki sesuatu untuk membimbing produksi akhir dan sesuatu untuk memperhitungkan evaluasi formatif dan mencoba dengan subjek-materi ahli, beberapa pelajar, atau sekelompok pelajar.


SUMBER REFERENSI
Dick, Carey and Carey. 2005. The Systematic Design of Instruction. Boston New York : Pearson

No comments:

Post a Comment