Saturday 13 September 2014

PENDEKATAN SISTEM UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN


PENDEKATAN SISTEM UNTUK PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN













Disusun oleh Kelompok 6:

1.    Candra Sihotang            (8136121004)
2.    Nurfadillah Hafni            (8136121005)



Dosen  Pengampu : Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd





PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditentukan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau tahun 1975 istilahnya disebut sebagai Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSI). Sebagai suatu prosedur, desain pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah yang sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan pembelajaran. Produk dari desain pembelajaran adalah berupa persiapan pembelajaran, silabus, modul, bahan tutorial dan bentuk saran pedagogis lainnya.
Proses pengembangan perencanaan pembelajaran terkait erat dengn unsur-unsur dasar kurikulum yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
Perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah: (a) memahami kurikulum; (b) menguasai bahan ajar; (c) menyusunprogram pengajaran; (d) melaksanakan program pengajaran dan (e) menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Syaiful Sagala (2013:154) mengatakan keterpaduan pengajaran sebagai system bukan hanya komponen-komponen proses belajar mengajar, tetapi juga antara langkah yang satu dengan langkah berikutnya. Dilihat dari konsep pendekatan system, bahwa bahan ajar berkaitan dengan kurikulum, kegiatan belajar, teknik dan metode pengajaran, kenyamanan dan suasana pembelajaran, sarana dan prasarana belajar yang layak dan mendukung berlangsungnya pembelajaran dengan baik dan menyenangkan.
Dalam perencanaan pembelajaran sampai saat ini masih mempergunakan pendekatan sistem, artinya perencanaan pembelajaran merupakan kesatuan utuh yang memiliki komponen (tujuan, materi, pengalaman belajar dan evaluasi) yang satu sama lain saling berinteraksi.
Pembelajaran akan menjadi sesuatu yang bermakna buat peserta didik ketika diupayakan melalui sebuah perencanan pembelajaran yang baik dan benar. Oleh karena itu, keterampilan guru dalam merancang pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, pembelajar, dan seorang perancang pembelajaran.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di  atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian dan konsep pendekatan sistem?
2.    Apa defenisi perencanaan dan pengembangan pembelajaran?
3.    Bagaimana pendekatan Sistem untuk perencanaan dan pengembangan pembelajaran?
4.    Bagaimana aplikasi pendekatan sistem dalam kegiatan pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca mengetahui dan memahami pengertian pendekatan system untuk perencanaan dan pengembangan pembelajaran, serta aplikasinya dalam pembelajaran.













BAB II
PENDEKATAN SISTEM UNTUK PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

2.1    Pengertian dan Konsep Pendekatan Sistem
Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang sangat luas. Sebagai misal, seorang manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya dan sekolah merupakan suatu sistem. Contoh-contoh tersebut memiliki batasan-batasan tersendiri yang satu sama lain berbeda. Meskipun demikian terdapat kesamaan dari segi prosesnya dalam hal ini terdapat masukan dan menghasilkan keluaran. Itulah sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
Menurut Wina Sanjaya (2008) sistem merupakan seperangkat bagian yang terkoordinasi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sedangkan Oemar Hamalik (2006) menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantung dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pendekatan berfungsi mendeskripsikan hakikat apa yang akan dilakukan dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan oleh masyarakat ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah adalah pendekatan sistem. Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersama.
Harjanto (2005) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu. Atau, pendekatan sistem juga merupakan cara berpikir, sebuah metode atau teknik analisis dan suatu jenis manajerial.
Sebagai desain metodologi, pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil keputusan dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambilnya, sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin. Sebagai metode ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir baru yang dapat diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun terhadap ilmu-ilmu perilaku.
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).
Pada kerangka pendekatan sistem ini terlihat bahwa apa yang ingin dicapai (restriction) merupakan dasar analisis suatu sistem. Restriction terumuskan dalam tujuan (objectives), standar perilaku yang diharapkan (performance standard) juga kemungkinan hambatan dalam mencapai tujuan (constraint). Berdasarkan kepada tujuan sistem, selanjutnya dapat dirumuskan masukan (input), yakni apa yang ingin dicapai sesuai tujuan. Masukan tersebut diproses sehingga menghasilkan keluaran (output) tertentu. Hasil evaluasi terhadap output dijadikan dasar umpan balik (feed back) untuk melakukan perbaikan atau revisi, baik terhadap proses maupun terhadap input. Atas dasar inilah seluruh komponen sistem berhubungan dan berinteraksi.

2.2    Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran
2.2.1 Perencanaan Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana (2000 : 61) mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tidakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Hal senada juga dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1983 : 16) bahwa perencanaan berarti menyusun langkahlangkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Kesimpulannya, efektivitas perencanaan berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat diukur dengan terpenuhinya apa yang tertuang dalam perumusan perencanaan.
Sementara untuk pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Menurut Mulyani Sumantri (1988:95) pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Merujuk kepada pemahan di atas, berarti perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan yang diwujudkan dalam penyusunan langkah-langkah untuk pencapaian tujuan pembelajaran agar peserta didik memiliki pengalaman belajar yang berarti.
Pemahaman secara konseptual berikut ini, diharapakan dapat membantu anda untuk meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pembelajaran. Konsep berikut memiliki dua pemahaman, yaitu pertama proses pengambilan keputusan dan pengetahuan professional tentang proses pembelajaran, Kedua keputusan yang diambil oleh guru bisa beragam mulai dari yang sederhana misalnya pengorganisasian aktivitas kelas, sampai yang komplek misalnya menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa.
Dalam lingkup yang lebih luas, perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu tertentu untuk menapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2.2 Pengembangan Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjamahan dari instruction yang secara khusus diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan seseorang belajar.
Proses pengembangan pembelajaran terkait dengan unsur-unsur dasar kurikulum yang sekaligus juga merupakan unsur dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar. Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang saling terkait secara fungsional. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran yang akan dilakukannya, antara lain : (1) Memahami kurikulum; (2) Menguasai bahan ajar; (3) Menyusun program pengajaran; (4) Melaksanakan program pengajaran; dan (5) Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Apabila dianalisi esensi kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi, secara jelas mengisaratkan kepada setiap guru harus memiliki pemahaman yang komprehensip tentang implementasi pembelajaran yang diharapkan. Dalam kurikulum tersebut, menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk menguasai semua kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, bermuatan nilai, etika, astetika, logika, dan kinestetika, kontektual, efektif dan efisien, bermakna, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan hedaknya mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, pada setiap peserta didik. Komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi : (1) kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.
Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tingkat pencapaian kompetensi terkait erat dengan sistem pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam prakteknya pembelajaran kompetensi harus memiliki komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi, sebagai berikut :
a.     Pemilihan dan perumusan kompetensi harus tepat
b.     Spesifikasi indicator penilaian utuk menentukan penapaian kompetensi
c.     Pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistem penilaian.
Perencanaan pembelajaran memiliki peran penting dalam memandu guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, yang melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh ketika guru membuat perencanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajarannya antara lain :
1.     Sebagai petunjuk arah kegitan dalam mencapai tujuan/kompetensi dalam pembelajaran
2.     Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran.
3.     Sebagai pedoman kerja /kegiatan bagi setiap unsur guru dan unsur siswa
4.     Sebagai alat ukur efektif tidaknya sesuatu kegiatan pembelajaran berlangsung
5.     Sebagai bahan penyusunan data informasi tentang keberhasilan pembelajaran

2.3    Pendekatan Sistem untuk Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran
Perlu kita ketahui pendekatan itu lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik.
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksankan. Karenanya wajar kalau di setiap Negara terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaannya.
Seandainya suatu Negara menginginkan agar dalam dua tahun lagi semua anak berumur 7-12 tahun harus bersekolah atau wajib belajar, maka pendekaatan perencanaan pengajaran akan berbeda seandainya yang diutamakan adalah penyediaan tenaga kerja tingkat menengah dalam jumlah banyak dan dlaam waktu yang realtif singkat. Atau mungkin saja kaulitas pendidikan formal yang diutamakan dan bukan kuantitasnya.
Ini berarti bahwa sector pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampung seluruh kelompok umur yang ingin memperoleh pendidikan. Karena perbedaan-perbedaan dalam tujuan itu menyebabkan timbulnya bermacam-macam pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seluruh pendekatan yang ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Pendekatan Permintaan Masyarakat
Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang bersifat tradisional dalam pengembangan pendidikan. Pendekatan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian sosial, politik, dam kebudayaan yang ada pada waktu itu.
2. Pendekatan Ketenagakerjaan
Pendekatan ini untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja. Dalam keadaan seperti ini kebanyakan Negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan dalam sector pertanian, perdagangan, indutri dan lain sebagainya dan juga untuk calon pimpinan yang cerdas dalam profesinya. Untuk itu perencana pendidikan harus membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan nasional. Dalam hal ini perencana pendidikan dapat meyakinkan bahwa penyedia fasilitas dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja perlu ditetapkan atau dibuat terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan kondisi Negara yang bersanagkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya begara hany sekedar meperkirakan kebutuhan saja tetapi perlu meneliti berbagai fungsi tenaga yng terlatih yang diperlukan Negara atas  dasar perbandingan atau rasio yang seimbang (misalnya perbandingan antra insinyur dengan teknisi ahli, teknisi madya, dan pembantu pelaksana). Seperti yang umum dilakukan oleh Negara-negara lain yang sudah taraf pembangunan yang serupa.  Metode lain ialah menggunakan “model matematis” dalam menetukan jenis tenaga kerja terdidik yang dibutuhkan oleh Negara berdasarkan kecenderungan pertumbuhan ekonominya.
Adapun langkah-langkah dari pendekatan ketenagakerjaan ialah:
a)    Membuaat proyeksi kebutuhan tenga kerja bagi pembangunan
b)    Merinci tujuan pendidikan antara lain: mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan di segala bidang
c)     Memproyeksikan output pendidikan
d)    Menyusun program atau proyek untuk memenuhi output kebutuhhan
e)     Menyusun kegaitan rencana pembiayaan yang dituangkan dalam pembiayaan
3. Pendekatan Efesiensi Investasi atau Pendekatan Nilai Imbalan
Dalam pendekatan ini dipertimbangkan penetuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektifitas yang akan diperolehnya. Dalam hal ini bukan hanya biaya keseluruhan pendidikan tetapi juga biaya sesuatu jenjang dan jenis pendididikan selalu dibandingkan dengan nilai hasil, misalnya kenaikan pendapatan atau kenaikan produktifitas dari orang-orang yang memperoleh pendidikan. Tugasa perencanaan adalah menghindarkan investasi (di setiap jenis jenjang pendidikan) yang tidak memberikan hasil sepadan. Pendekatan seperti ini mempunyai harapn bahwa kegiatan pendidikan yang tidak produktif dapat ditiadakan melalui proses pendekatan melalui pendekatan efesiensi investasi atau imbalan ini.
Perencanaan pengajaran di Indonesia tidak hanya menggnakan salah satu dari pendekatan-pendekatan tadi melainkan menerapkan beberapa pendekatan, dan kadang-kadang ketiga pendekatan sekaligus. Perencanaan pengajran tidak diharuskan supaya terikat pada salah satu pendekatan, akan tetapi semua pendekatan yang ada dapat dijadikan pedoman dalam menjabarkan tujuan nasional pendidikan.
Setiap jenis dan jenjang pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan. Karena itu adalah penting bagi setiap perencana untuk mengtahui ruang lingkup dan keterbatasan-keterbatasan setiap pendekatan tadi.
Kita sudah ketahui instruksional adalah proses belajar mengajar, dan oleh Saylor Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum. Maka dalam hal ini cara pendekatan system dalam mengembangkan instruksional selain melalui ketiga  kategori pendekatan Sistem Instruksional diatas, yaitu dengan memakai pendekatan pengembangan di bagian kurikulum pendidikan tersebut. Jadi kita juga perlu tahu bagaimana pendekatan pengembangan melalui kurikulum. Adapun pendekatan pengembangan kurikulum itu ialah:
1. Pendekatan Berorientasi pada Bahan Pelajaran
Dalam pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran, yang harus diperhatikan ialah mengenai bahan yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik. Maka dalam pengembangan kurikulum yang akan diterapkan di kelas itu haruslah mengacu pada bahan pelajaran.
Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran ini mempunyai   kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah :
a)      Bahwa bahan, ajaran lebih fleksibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan.
b)      Tujuan-tujuan yang jelas itu akan memberikan arah dalam upaya penetapan bahan, metode, strategi belajar mengajar dabn evaluasi yang akan digunakannya.
c)      Hasil evaluasi yang terarah dan terpadu tersebut sangat banyak membantu dalam mengadakan perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a)     Tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
b)     Kurang adanya pegangan dalam dalam menetukan metode yang cocok untuk menyajikan bahan pelajaran kepada para murid.
2. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan tujuan ini kemudian ditetapkanlah materi pengajaran, dan kegiatan belajar-mengajar. Sama halnya dengan pendekatan pada bahan pelajaran, pendekatan ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
a)     Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum
b)     Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c)       Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilain terhadap hasil yang dicapai.
d)      Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Meskipun pendekatan ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan, namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Apalagi jika tujuan tersebut harus dirumuskan lebih khusus, jelas, operasional dan dapat diukur. Untuk merealisasikan maksud tersebut, pihak guru dituntut memiliki keahlian, pengalaman dan keterampilan dalam perumusan tujuan khusus pengajaran. Jika tidak demikian maka akan terwujud rumusan tujuan khusus yang bersifat dangkal dan mekanistik.


2.4  Aplikasi Pendekatan Sistem dalam Kegiatan Pembelajaran
Sistem pembelajaran dapat dirumuskan sebagai kombinasi berbagai komponen dengan menerapkan suatu pola manajemen tertentu yang sengaja dirancang, dipilih dan dilaksanakan agar timbul peristiwa belajar yang bertujuan dan terkontrol. Sistem pembelajaran juga diisyaratkan untuk : (a) dirancang guna mencapai penguasaan tertentu, (b) dapat diulangi dan digandakan/disebarkan, (c) dikembangkan melalui suatu proses pengembangan pembelajaran, (d) telah diuji coba dan dimantapkan berdasarkan pengalaman empiris.
Dalam berpikir menurut sistem, jalan yang ditempuh untuk mengemukakan suatu pendapat biasanya akan mengikuti suatu pola tertentu yang logis dan berurutan. Cara berpikir semacam ini mempunyai keuntungan yang besar sekali karena kita harus berpandangan terbuka. Selain pendapat sendiri, sebagai masukan dalam proses berpikir, kita menerima masukan orang lain yang tidak selalu sejalan dengan pendapat kita.
Pola berpikir logis sering ditunjukan dalam bentuk model, namun tidak ada satu model pun yang dapat diterima secara universal. Kaufman (1972), mengajukan satu model dimana manajemen pembelajaran dapat dirumuskan sebagai proses enam tahap yang meliputi :
1.     Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
2.     Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi alternatif pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3.     Pemikiran alternatif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternatif yang dimungkinkan.
4.     Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas strategi tersebut.
5.     Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan kebutuhan dan persyaratan yang telah ditetapkan terdahulu.
6.     Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah di muka untuk menjamin bahwa sistem pembelajaran itu bersifat responsif, efektif dan efisien.
Keenam tahap tersebut merupakan suatu proses pemecahan masalah sistem pembelajaran secara umum. Penerapan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan sistem tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pada awalnya guru mengarahkan kepada tujuan pembelajaran. Guru akan merumuskan dahulu arah yang harus dituju sebelum menetapkan bagaimana cara mencapai tujuan. Tujuan tersebut akan menentukan proses maupun komponen yang diperlukan untuk keperluan belajar. Makin jelas tujuan itu dirumuskan, akan makin berguna untuk dapat menetapkan kegiatan belajar yang paling efektif. Tujuan yang dirumuskan merupakan suatu unsur sistem yang akan mengalami penilaian dan penyesuaian didasarkan atas kegunaannya bagi anak didik maupun masyarakat.
b. Perhatian kemudian ditujukan kepada pengumpulan data dan analisis. Guru akan mengumpulkan data, misalnya yang berhubungan dengan anak didik (kemampuan awalnya, perhatiannya, penguasaan bahasa, dan lain-lain), data mengenai mata pelajaran yang akan diberikan serta mengenai proses yang tersedia untuk memungkinkan proses belajar mengajar.
c.     Atas dasar kesimpulan yang diperoleh guru, maka akan dijabarkan bahan mata pelajaran dalam serangkaian sasaran yang sistematis. Dalam penyusunan rencana kegiatan guru juga akan mengumpulkan data tentang sumber dan teknik yang mungkin dapat digunakan secara optimal untuk keperluan belajar. Guru akan mempelajari berbagai kemungkinan dan membuka diri terhadap umpan balik, baik yang berupa hasil belajar, tanggapan ataupun saran.
















BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
1.     Istilah system diartikan sebagai suatu konsep yang abstrak. Definisi secara sederhana menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
2.     Pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil keputusan dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambilnya, sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin.
3.     Pendekatan dalam perencanaan pendidikan meliputi : pendekatan permintaan masyarakat, pendekatan ketenagakerjaan dan pendekatan efesiensi investasi/pendekatan nilai tambah.
4.    Adapun pendekatan pengembangan kurikulum itu ialah: pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran dan berorientasi pada tujuan.

3.2 Saran
    Dalam berpikir menurut sistem, jalan yang ditempuh untuk mengemukakan suatu pendapat biasanya akan mengikuti suatu pola tertentu yang logis dan berurutan. Cara berpikir semacam ini mempunyai keuntungan yang besar sekali karena kita harus berpandangan terbuka. Selain pendapat sendiri, sebagai masukan dalam proses berpikir, kita menerima masukan orang lain yang tidak selalu sejalan dengan pendapat kita.






DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2006.  Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Johnson,K.&Rozenzweig. 1973. Is Curriculum Integration A Boon Or Threat to School Studies In Elementary Education ? Social Education, 57 (6) 287-291
Kaufman. 1972. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta : Dikbud. Dikti
Sudjana, Nana. 2000. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Sumantri Mulyani. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.





No comments:

Post a Comment