Saturday 13 September 2014

PENGEMBANGAN BAHAN INSTRUKSIONAL

MAKALAH DESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL

PENGEMBANGAN BAHAN INSTRUKSIONAL














Disusun oleh Kelompok 5:

Candra Sihotang
Nim : 8136121004




Dosen  Pengampu : Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd





PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya berupa rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Bahan Instruksional” sebagai tugas mata kuliah Desain Sistem Instruksional.
    Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampuh mata kuliah serta semua pihak yang telah ikut berpartisipasi secara langsung dan tidak langsung sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
    Kami menyadari bahwa makalah ini mengandung kekurangan sekalipun telah diupayakan seoptimal mungkin oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang jauh lebih baik.
    Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menambah wawasan tentang penelitian bagi siapapun yang membacanya.


Medan,    April 2014


Candra Sihotang












BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan perubahan teknologi informasi adalah perubahan paradigma baru pada learning material (sumber belajar) dan learning method (metode pembelajaran). Melalui produk TI dewasa ini telah banyak memberikan alternatif berupa bahan belajar yang dapat digunakan dan diakses oleh peserta didik yang tidak dalam bentuk kertas, tetapi berbentuk CD, DVD, flashdisk, dan lain-lain. Inti dari bahan tersebut berupa program/software yang dapat dimanfaatkan pada pengembangan desain pembelajaran dengan menggunakan komputer sebagai perangkat utama. Dalam terminologi teknologi pembelajaran, konsep tersebut dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis komputer atau CBI (Computer Based Instruction).
Dalam hal pengembangan desain instruksional terdapat lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran atau teknologi instruksional berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian.
Oleh karena itu, pengembangan desain pembelajaran (instructional design development) dalam setiap kegiatan belajar-mengajar tidak mungkin diabaikan, agar tercapai tujuan (goa/ aims) kurikulum sekolah/pendidikan tinggi, juga penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran.
Untuk mengembangkan bahan instruksional dapat berpatokan pada strategi instruksional, alat penilaian hasil belajar dan karakteristik awal peserta didik yang telah diidentifikasi. Kemudian perlu melihat konteks tempat penyelenggaraan pendidikan dan bentuk kegiatan instruksional yang akan dilaksanakan (Suparman, M.Atwi, 2012:282).

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di  atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan bahan pembelajaran/instruksional?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk kegiatan instruksional?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk pengembangan bahan instruksional?
4. Bagaimanakah cara Pengembangan Bahan Ajar?

1.3    Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan uraian mengenai pengembangan bahan instruksional sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pengembangan desain pembelajaran/instruksional.
2. Agar mahasiswa mampu mengenal bentuk-bentuk kegiatan instruksional.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengembangan bahan instruksional.
4. Agar mahasiswa mampu menyusun Pengembangan Bahan instruksional.
























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Instruksional
Menurut Arsyad (2005) bahan ajar atau instruksional adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar tersebut berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan kepada siswa. Sedangkan menurut Sanjaya (2008), bahan instruksional atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Sanjaya (2008) juga menjelaskan bahwa bahan instruksional merupakan salah satu bagian dari sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Dengan kata lain bahan instruksioanl adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap (Harjanto, 2008).

2.2     Bentuk-bentuk Kegiatan Instruksional
    2.2.1 Sistem Pembelajaran Mandiri
Bentuk kegiatan instruksional yang pertama adalah kegiatan pengajar sebagai fasilitator sedangkan siswa belajar sendiri. Bentuk kegiatan instruksional ini disebut pula belajar mandiri (independent learning).
Dalam belajar mandiri siswa menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung pada kehadiran pengajar. Jenis bahan belajar tersebut dapt berupa salah satu atau kombinasi dari program media, bahan cetak, film, kaset audio, program radio, slide, program video, televisi, computer dan lain-lain.
Pengajar bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa , memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa , dan untuk menyelenggarakan tes. Biasanya mereka disebut tutor atau fasilitator. Kegiatan instruksional seperti ini tampak dalam system pendidikan jarak jauh seperti di SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan program belajar jarak jauh pada lembaga Pengembangan Perbankan.
Untuk bentuk kegiatan mandiri, pengembang instruksional harus mengembangkan bahan belajar mandiri yang biasanya disebut modul. Termasuk didalamnya bahan belajar yang akan digunakan siswa , petunjuk untuk tutor, tes, dan petunjuk untuk siswa.
Disamping digunakan pada system belajar jarak jauh, bahan belajar mandiri dapat pula digunakan dalam kelas biasa. Dalam hal seperti itu peranan tutor dalam mengontrol kemajuan siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi haruslah dilakukan secara intensif dan individual. Tanpa memberikan perhatian yang besar terhadap peranan tutor atau fasilitator tersebut, penggunaan bahan belajar mandiri di dalam kelas akan kehilangan makna.
Penggunaan bentuk kegiatan instruksional Belajar Mandiri mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a.    Biaya pengajarannya tidak mahal, karena dapat diikuti sejumlah besar siswa .
b.  Mahasiswa dapat maju menurut kecepatan masing-masing
c.  Bahan belajar dapat di review untuk direvisi secara bertahap, bagian demi bagian, untuk mengatasi hal-hal yang membingungkan atau kurang jelas dari siswa .
d.  Mahasiswa mendapat umpan balik secara teratur dalam proses belajarnya, karena telah terintegrasi dalam bahan belajar yang dipelajarinya.
Tetapi, bentuk kegiatan instruksional Belajar Mandiri ini mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a.    Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b.  Menuntut disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang masih belum matang pada khususnya.
c.  Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus-menerus memantau proses belajar siswa , memberi motivasi dan konsultasi secara individual setiap waktu siswa membutuhkannya. Ketekunan seperti itu tidak selalu dimiliki oleh fasilitator yang telah biasa menjadi pengajar, bukan karena sulitnya cara melaksanakan tugas pada umumnya.
Bentuk kegiatan Belajar Mandiri ini tepat digunakan bila:
a.    Didesak kebutuhan menampung sejumlah besar siswa dalam satu periode tertenu yang tidak mungkin diatasi dengan bentuk pengajaran regurel atau konvensional.
b.   Kekurangan tenaga pengajar untuk berfungsi sebagai pengajar regular.
c.   Tersedia sejumlah tenaga pengembang instruksional yang mampu mengembangkan atau memproduksi bahan instruksional.
d.   Kemampuan dan karakteristik siswa sangat heterogen sehingga tidak mungkin deberi pelajaran secara kelasikal.

2.2.2 Sistem Pembelajaran Tatap Muka
Bentuk kegiatan instruksional tatap muka menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal bertindak sebagai penyaji bahan instruksional yang dikompilasi, sedangkan peserta didik belajar dari pengajar dan bahan kompilasi tersebut. Kegiatan instruksional ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun, kecuali garis-garis besar isi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada permulaan pelajaran, beberapa transparansi, lembaran kertas yang  berisi gambar, bagan, dan formulir-formulir isian yang digunakan dalam latihan selama proses pengajaran. siswa mengikuti kegiatan instruksional tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan mengajarkan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.
Bahan-bahan yang perlu dibuat oleh pengembang instruksional berbentuk :
a.    Program pengajaran yang berisi:
    1)    Deskripsi singkat isi pelajaran;
    2)   Topik dan jadwal pelajaran untuk setiap pertemuan (bila terdiri dari lebih dari satu kali pertemuan)
    3)   Tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa
    4)   Cara pemberian nilai hasil belajar siswa.
    Bahan tersebut dibagikan kepada siswa pada permulaan pelajaran.
b.     Bahan-bahan transparansi, gambar, bagan, formulir isian, dan lain-lain. Bahan ini dikumpulkan atau dibagikan kepada siswa selama proses pengajaran berlangsung
c.   Strategi instruksional dan tes yang telah dikembangkan untuk digunakan oleh pengajar. Strategi instruksional tersebut acapkali diganti dengan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) dan satuan acara pengajaran (SAP). Keduanya lebih popular bagi kalangan pengajar di Indonesia, baik pada tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi..
Suparman, M.Atwi (2012) mengungkapkan beberapa keuntungan penggunaan bahan pembelajaran kompilasi sebagai berikut :
1.    Biaya pengembangannya relatif efisien.
2.    Bahan kompilasi mudah disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang dapat diperoleh dari internet.
Sedangkan kekurangan bahan pembelajaran kompilasi adalah :
1.    Bahan belajar yang kebetulan ada di lapangan belum tentu sesuai benar dengan tujuan instruksional.
2.    Karena bahan tersebut diambil dari berbagai sumber, maka konsistensi antara bagian yang satu dengan yang lain belum tentu tercermin.
3.    Karena bahan kompilasi tidak didesain khusus untuk pembelajaran, penggunaannya belum tentu mudah bagi peserta didik.

2.2.3 Sistem Pembelajaran Kombinasi
Pembelajaran kombinasi merupakan gabungan system pembelajaran mandiri dengan tatap muka. Dalam kegiatan belajar mengajar dimungkinkan sebagian materi dengan pembelajaran mandiri kemudian dengan pembelajaran tatap muka.
Pendekatan instruksional yang berbeda akan berbeda pula bentuk bahan instruksionalnya. Jika menggunakan pendekatan instruksional pembelajaran mandiri bentuk  bahan instruksionalnya menggunakan modul instruksional seperti yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh. Begitu juga pendekatan instruksional pembelajaran tatap muka dan pembelajaran kombinasi menggunakan bahan instruksional kompilasi (Suparman, M.Atwi : 2012).
2.3 Macam-macam Pengembangan Bahan Instruksional
Menurut Suparman (2004), ada tiga macam pengembangan bahan instruksional, yaitu pengembangan bahan belajar mandiri, pengembangan bahan pengajaran konvensional dan pengembangan bahan model Pengajar Bahan dan Siswa (PBS).
2.3.1. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
Bahan belajar mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan instruksional mahasiswa belajar secara mandiri tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Bahan instruksional tersebut adalah gurunya. Bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok, yaitu:
a.  Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain;
b.    Dapat dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Dalam bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Mahasiswa yang mampu belajar dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu mahasiswa lain yang lebih lambat. Sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan memburu kecepatan mahasiswa yang lebih cepat;
c.     Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya;
d. Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Mahasiswa belajar  tidak sekedar membaca buku, mendengarkan kaset audio/radio, melihat program video atau televisi.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain instruksional dengan bantuan strategi instruksional melakukan langkah-langkah berikut ini:
a. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media udiovisual;
b. Mengadaptasikan bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri dengan mengikuti startegi instruksional yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembang instruksional harus mulai menulis bahan belajar sendiri;
c.    Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi instruksional;
d. Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut:
1)    Bahasa yang sederhana dan relevan
    Sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan bahasa yang mudah dan konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam bidang pengetahuan yang bersangkutan.
2) Bahasa yang komunikatif
    Bahasa yang digunakan dalam modul disusun dengan bahasa yang mencerminkan pembicaraan langsung dari seorang pengajar atau pelatih kepada seorang mahasiswa yang membacanya atau mendengarnya.
3) Desain fisik
    Desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak, harus artistik, rapi, menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat. Sedangkan desain fisik yang noncetak harus jelas bila didengar atau dilihat gambarnya, baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya maupun kemudahan dalam menyimpannya.

2.3.2 Pengembangan Bahan  Pengajaran Konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya karena yang menjadi poin pokok kegiatan instruksional ini adalah pengajar dan bahan-bahan pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi instruksional. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengembangkan bahan pengajaran konvensional:
a.     Menulis deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh subkomponen  D (Deskripsi Singkat) pada strategi instruksional untuk seluruh TIK;
b.  Menulis topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen D dan waktu yang dibutuhkan pengajar pada strategi instruksional;
c.  Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharapakan dilakukan mahasiswa. Daftar tersebut meliputi seluruh Latihan (L) yang terdapat dalam strategi instruksional;
d.    Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.
2.3.3 Pengembangan Bahan PBS
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengembangan bahan PBS, yaitu:
1.     Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan tersebut berbentuk media cetak dan audiovisual;
2.  Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada U (Uraian) yang terdapat dalam strategi instruksional;
3.  Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup dengan penyajian pengajar;
4.  Menyusun  program pengajaran;
5.  Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan instruksional yang dibagikan kepada  mahasiswa.
6.    Menyusun bahan lain yang berupa transparansi, gambar, bagan dan lain-lain.

2.4 Penyusunan Pengembangan Bahan Instruksional
Prosedur pengembangan bahan instruksional. Ada beberapa langkah dalam mengembangkan bahan ajar yaitu:
1.     Menganalisis kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku-perilaku umum yang dibuat dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU);
2.  Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku umum dari TIU menjadi perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan dimiliki oleh siswa;
3.  Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh siswa;
4.  Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang diperoleh dari perilaku-perilaku khusus yang diharapkan dan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki siswa.
Untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran, perancang menggunakan bahan instruksional yang diambil dari beberapa  buku paket Bahasa Indonesia kelas IX (sembilan) yang sudah dijadikan dalam kumpulan bahan ajar (sejenis diktat) pengajaran dengan kerangka kerja sebagai berikut.


Mata Pelajaran    :     Bahasa Indonesia
Kelas / Semester    :     IX / II
Alokasi Waktu    :     6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )
Kompetensi Dasar    :     12.1 Menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber.

Karya Tulis Imiah
Menyampaikan buah pemikiran kepada orang lain dapat  dilakukan melalui berbagai cara, baik secara lisan maupun tertulis. Baik penyampaian secara lisan maupun tertulis,  keduanya memerlukan latihan agar gagasan yang ingin kita   sampaikan dapat dengan mudah dipahami orang lain.  Salah satu bentuk penyampaian gagasan secara tertulis  adalah dengan menyusun karya tulis, atau karya ilmiah. Biasanya,  baik karya tulis maupun karya ilmiah didahului dengan kegiatan penelitian. Namun demikian, pada pembelajaran ini kalian akan  diminta berlatih menyusun karya tulis sederhana tanpa   melakukan penelitian. Kalian cukup mencari bahan dari pustaka  atau buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah maupun  koleksi pribadi.  
Berikut ini beberapa langkah yang dapat kalian ikuti sebagai bentuk bimbingan menyusun karya tulis sederhana.
1.     Menentukan Topik
    Topik adalah permasalahan pokok yang akan dibahas dalam    karya tulis. Topik ini erguna sebagai pengendali agar apa yang disampaikan dalam karya tulis lebih fokus atau lebih terarah. Pemilihan topik harus tepat, menarik, dan bermanfaat baik bagi   penyusun maupun pembaca. Pada bagian pendahuluan karya    tulis harus diuraikan alasan pemilihan topik tersebut. Kalian dapat melakukan pembatasan topik agar tidak terlalu luas pembahasannya.
    Misalnya :
Topik     : Lingkungan
Pembatasan topik     : Penghijauan di lingkungan sekolah

2.     Pengumpulan Sumber Bahan/Pustaka
    Sumber bahan penyusunan karya tulis bisa diperoleh melalui  berbagai macam, antara lain: penelitian, wawancara, tes, dokumentasi maupun  melalui membaca buku rujukan seperti buku dan media cetak lainnya.
3.     Merancang Sistematika
    Agar mudah dipahami oleh pembaca, karya tulis disusun dengan sebuah sistematika. Berbeda dengan karya tulis lanjutan, kali ini kalian hanya diminta menyusun karya tulis  sederhana.  Secara  sederhana, karya tulis memiliki sistematika sebagai berikut.
    I.     Pendahuluan
    II.     Isi
    III.    Penutup

4.     Mengembangkan Sistematika
    Setelah bahan penulisan karya tulis telah lengkap dan   sistematika telah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi karya tulis sederhana. Penguraian pada masing-masing bab sebagai berikut.

Bab I
Pendahuluan
(Uraikan latar belakang atau alasan pemilihan topik atau pemilihan judul, tuliskan permasalahannya, lalu  kemukakan tujuan penulisan karya tulis dan  manfaat dari karya tulis tersebut).
Bab II
Isi / Pembahasan
(Uraikan pembahasan terhadap topik yang dipilih berdasarkan   sumber bahan yang                 diperoleh dari buku-buku rujukan sejelas mungkin).

Bab III
Penutup
(Sampaikan simpulan dari pembahasan yang sudah disampaikan pada bagian sebelumnya kemudian sampaikan juga saran terhadap topik yang dibahas dalam karya tulis).

5.     Penulisan Daftar Pustaka
    Sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dalam mengutip atau mengambil informasi dari buku rujukan tersebut adalah  dengan mencantumkan sumber bahan tersebut dalam daftar  pustaka. Lazimnya, daftar pustaka memuat judul buku, nama penyusun, tahun penerbitan, nama penerbit dan kota tempatpenerbitan. Adapun, urutan penulisannya yang lazim adalah: nama penyusun, tahun penerbitan, judul buku, kota tempat    penerbitan, dan nama penerbit.
    Contoh :
Judul buku : Menanam Mangrove, tahun terbit : 1988, nama penyusun: Bambang Purwadi, Nama penerbit : CV Setia Hati, Kota penerbitan: Semarang.
Penulisan daftar pustakanya adalah :
Purwadi, Bambang. 1988. Menanam Mangrove. Semarang: CV Setia Hati.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Pertama, bahan instruksional atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Kedua, bentuk-bentuk kegiatan instruksional meliputi system pembelajaran mandiri, tatap muka dan sistem pembelajaran kombinasi.
Ketiga, Seperti yang diuraikan terdahulu ketiga macam pendekatan instruksional membutuhkan bentuk bahann instruksional yang berbeda. Bentuk-bentuk pengembangan instruksional meliputi pengembangan bahan instruksional mandiri, pengembangan bahan instruksional konvensional dan pengembangan bahan instruksional PBS.
Keempat, ada beberapa langkah dalam mengembangkan bahan ajar yaitu:
1.     Menganalisis kebutuhan instruksional menuliskan Tujuan Instruksional Umum (TIU);
2.  Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku umum dari TIU menjadi perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan dimiliki oleh siswa;
3.  Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh siswa;
4.  Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

   





DAFTAR PUSTAKA

AECT. 1994. Diterjemahkan dari buku aslinya “The Definition of Educational Technology” dengan izin khusus dari AECT (Association for Educational Communications and Technology). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Suparman, M. Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta:  Universitas Terbuka.
Suparman,  M. Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta:  PT. Gelora Aksara.

No comments:

Post a Comment